TABANAN, Kilasbali.com-Ketua Majelis Ulama Indonesia ( MUI ) Kabupaten Tabanan H Rif’an mengutuk aksi pengemboman yang dilakukan oleh teroris di beberapa tempat di Surabaya, Jawa Timur.
“Kami mengutuk aksi pengemboman yang dilakukan para teroris di Surabaya,” jelas Haji Rifan, Senin (14/5/2018). Ia memohon kepada pihak kepolisian agar gesit dan cepat menangani dan menangkap dalang pelaku pengeboman di Surabaya. Pada kesempatan itu juga ia menghimbau untuk tetap bersatu dan tidak saling curiga dan tetap memberikan informasi kepada pihak terkait apabila menemukan hal yang mencurigakan. Agar aksi aksi serupa yang kemungkinan akan terjadi di NKRI bisa diantisipasi. “NKRI harga mati, ini rumah kita bersama, kita lahir disini, makan disini dan mati disini. NKRI harus kita jaga bersama,” tandasnya.
Selain mengutuk aski pengemoban oleh teroris, Haji Rifan juga berharap para teroris yang nantinya berhasil ditangkap dan dipenjara agar tidak berikan grasi yang jatuh setiap tanggal 17 Agustus. “Kalu diberikan grasi setiap satu tahun sekali kan enak dia. Hukum dengan seberat beratnya,” tandasnya.
Hal tersebut juga disayangkan oleh pihaknya, lantaran saat ini umat Islam sedang fokus untuk menyambut bulan suci Ramadhan, dimana bulan ini merupakan bulan untuk mensucikan diri dan lebih mendekatkan diri kepada-Nya. Dan sejauh ini menurut H. Rif’an, sepengetahuan MUI Tabanan tidak ada umatnya yang pergi keluar negeri untuk hal-hal yang mencurigakan. “Tetapi kalau dia pergi ke keluar Bali dulu lalu berangkat ke luar negeri dari sana, itu kurang terpantau, tetapi sejauh ini di Tabanan tidak ada seperti itu,” pungkasnya.
Karena efek yang diakibatkan dari aksi teror para teroris sangat luar biasa. Seperti contoh yang riil yang dialaminya saat Bom Bali I pada tahu 2002. Kala itu ia memiliki usaha lilin yang berkerjasama dengan Pak Wayan. Waktu itu ia mendapatkan order dari Wisatawan Inggris sebesar Rp 125 juta. Orderan yang sedang dikerajakanya, belum selesai keburu Bom meledak di Kuta. “Waktu itu Wisatawan asal Inggris itu menginap di Ubud, keesokan harinya setelah Bom Bali meledak, ia langsung minta keluar dari Indonesia dan membatalkan pesananya,” kenangnya. Padalah waktu itu ia bersama Pak Wayan sudah membeli bahan. “Wisatawan Inggris tersebut membatalkan pesananya dan angkat tangan lalu pergi ke luar negeri karena takut ada Bom,” tandasnya. Selang dua tahun kemudian, ia mendengar kabar kalau wisatawan tersebut mengambil barang di India. (*KB).