Badung

Buka Sidang Sinode Tahunan GPIB, Gubernur Ajak Jaga Kerukunan

    MANGUPURA, Kilasbali.com – Kerukunan antar umat beragama di Pulau Bali selama ini sudah terjalin cukup baik, bahkan Bali menjadi contoh bagi daerah lainnya di Indonesia sebagai daerah dengan toleransi yang sangat tinggi. Meski demikian, seluruh umat diharapkan terus mengobarkan dan mengamalkan nilai-nilai toleransi, kerukunan, kebersamaan, persatuan dan kesatuan serta gotong royong sesama umat beragama dalam kehidupan masyarakat Bali.

    Demikian disampaikan Gubernur Bali Wayan Koster pada acara pembukaan Persidangan Sinode Tahunan (PST) Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat (GPIB) Tahun 2019, di Hotel Haris, Sunset Road, Kuta Badung, Rabu (27/2/2019).

    “Toleransi di Bali selama ini sudah sangat baik, bahkan Bali menjadi percontohan daerah lainnya. Kita harus terus menjaga kerukunan ini agar tetap terjalin baik. Sebagai daerah tujuan wisata dunia, Bali akan selalu menjadi pusat perhatian. Sedikit saja ada gesekan di Bali, maka akan menjadi pembahasan dunia. Untuk itu, kita harus terus merawat keharmonisan, toleransi, persatuan dan saling menghormati demi terciptanya kehidupan yang baik di Pulau Dewata yang kita cintai ini,” ujar Koster.

    Ditambahkan gubernur asal Buleleng ini, seluruh umat harus tetap berpegangan pada Pancasila, UUD Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan Bhinneka Tunggal Ika agar kerukunan umat beragama tetap terjalin dengan baik. Lebih lanjut dikatakan Koster yang juga ketua DPD PDI Perjuangan Bali ini, sikap toleransi, kerjasama dan saling menghargai antar umat beragama harus senantiasa dipupuk dengn baik agar tidak ada gesekan-gesekan yang dapat memecahbelah persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.

    Baca Juga:  Doa Perdamianan di Peringatan 22 Tahun Tragedi Bom Bali I

    “Sebagai gubernur, saya harus mengayomi dan melindungi masyarakat Bali, semua umat beragama dan komponen masyarakat lainnya. Kerukunan hidup beragama perlu terus dipupuk, sehingga gejolak-gejolak sosial yang akhir-akhir ini muncul ke permukaan dapat dihindari dan dikendalikan kearah pemikiran yang jernih,” imbuhnya.

    Hal senada juga disampaikan Ketua Umum Majelis Sinode GPIB, Pendeta Paulus Kariso Rumambi dalam sambutannya mengatakan bahwa sudah menjadi kewajiban seluruh umat untuk menjaga kerukunan beragama. Menurutnya, perbedaan bukan menjadi alasan untuk perpecahan, justru perbedaan harus mampu menjadi pemersatu.

    Sementara itu, Ketua Panitia Samuel A Z Karinda dalam laporannya menyampaikan bahwa Konven Pendeta dan Persidangan Sinode kali ini mengambil tema “Mambangun Masyarakat Sejahtera Demi Kesejahtraan Umat dan Kekuatan Bangsa”.

    Baca Juga:  Tiga WNI Asal Bali Berhasil Dipulangkan dari Lebanon

    Diakuinya, tema yang diusung kali ini bagian dari sinergitas pemangku agama khususnya GPIB dengan pemerintah dalam meningkatkan keaejahteraan masyarakat dikawasan pendalaman, kawasan terpencil dan yang terluar. Dengan membangun masyarakat yang baik, akan berdampak juga terhadap kesejahteraan masyarakat itu pula.

    “Diharapkan, dengan kegiatan ini bisa lebih besar lagi kontribusinya bagi pembangunana masyarakat yang sejahtera, terlebih lagi yang di pedesaan. Tentu, GPIB berkoordinasi dengan pemerintahan baik dari yang ada di tingkat desa hingga pusat dalam bersinergi dengan program dari kami sendiri,” terangnya. (rls*/kb)

    Back to top button