TABANAN, Kilasbali.com-Media sosial dihebohkan dengan vidio pembakaran ogoh-ogoh yang dilakukan sejumlah pemuda Selasa (26/2/2019) malam. Di vidio tersebut diketahui berada di Banjar Puseh, Desa Kediri, Kecamatan Kediri, Tabanan. Bahkan dalam vidio tersebut dilengkapi teks, ogoh-ogoh dibakar karena adanya dugaan ancaman kepada orang tua pemuda selesai meadat jika ogoh-ogoh tersebut pembuatanya dilanjutkan.
Menurut informasi dilapangan jika ogoh-ogoh itu dibuat oleh sekelompok pemuda tidak mengatas namakan STT (Sekaa Teruna Teruni) Banjar Puseh. Ogoh-ogoh dibuat dirumah warga di Banjar Jagasatru, Desa Kediri akam tetapi rumah tersebut milik salah satu warga dari Banjar Puseh, Desa Kediri. Namun setelah diketahui oleh prajuru akhirnya dilakukan pendekatan dan menyarankan agar ogoh-ogoh tersebut tidak dilanjutkan.
Ternyata setelah ada pemberitahuan itu sekelompok pemuda diperkirakan berjumlah 15-20 ini langsung membakar dan merusak ogoh-ogoh yang dibuat. di dekat pembuangan sampah masuk Banjar Puseh, Desa Kediri, Kecamatan Kediri, Tabanan. Mereka membakar karena diduga adanya ancaman selesai meadat kepada orang tua mereka.
Terkait hal tersebut Bendesa Adat Kediri Anak Agung Ngurah Gede Panji Wisnu didampingi Kelian Adat Banjar Puseh, Ida Bagus Manik Purwa melakukan klarifikasi. Bahwa terkait ancaman yang tertera didalam vidio tersebut dibantah. Sebab saat prajuru melakukan pendekatan kepada para orang tua hanya berisi imbauan jika diteruskan akan ada sanksi sesuai keputusan paruman sebab tidak membuat ogoh-ogoh sudah dituangkan dalam pararem. “Sama sekali tidak ancaman saat kami lakukan pendekatan,” ungkapnya, Rabu (27/2/2019).
Dijelaskan Panji Wisnu sebelum tahun 2016 Desa Kediri saat Hari Pengerupukan sehari sebelum Hari Raya Nyepi sudah sepakat tidak membuat ogoh-ogoh. Kemudian kesepakatan itu ditelurkan dalam keputusan paruman desa tahun 2016 bahwa Desa Kediri saat hari Pengerupukan tidak membuat ogoh-ogoh melainkan dirayakan melalui ritual Tektekan Nangkluk Merana yang mempunyai makna secara sekali niskala. “Keputusan ini sudah disosialisasikan kepada masyarakat disamping itu saat paruman semua unsur hadir, mulai kelian adat, kelian dinas, ketua sekaa teruna se -Desa Kediri dan perbekel,” jelasnya.
Namun entah kenapa sekelompok pemuda yang tidak mengatasnamakan Sekaa Teruna Banjar Puseh ini membuat ogoh-ogoh tanpa ada permintaan dan persetujuan dari prajuru. Memang setelah diketahui adanya pembuatan ogoh-ogoh oleh prajuru dan dilakukan pendekatan sebanyak dua kali, kelompok pemuda tersebut sempat meminta ijin untuk meneruskan pembuatan ogoh-ogoh ke Bendesa Adat Kediri. Dan karena sudah merupakan keputusan paruman pihaknya tidak mengijinkan. “Setelah tidak diijinkan akhirnya dengan kesadaran sendiri ogoh-ogoh tersebut dibongkar sendiri, bukan kami yang membokar,” bebernya.
Dengan kejadian tersebut agar tidak terulang kembali pihaknya akan kembali melakukan sosialisasi terkait keputusan paruman terkait saat Pengerupukan tidak membuat ogoh-ogoh. Sebab apa yang dijalankan adalah sesuai dengan hasil paruman. “Hasil dari paruman ini secara spesifik tidak bisa menentukan jenis sangsi yang akan diberikan kalau ada pelanggaran, tetapi harus dirembuk dalam Paruman Desa dan nantinya ada Kerta Desa yang berhak membuat keputusan, jadi tetap ada sangsi,” tandasnya. (wti/*KB).