DENPASAR, Kilasbali.com – Pemerintah Provinsi Bali memberikan anugerah Bali Kerthi Nugraha Mahotama, kepada budayawan pembuat Bali Simbar DIPL. ING I Made Suatjana yang berjasa terhadap pemajuan Bahasa, Aksara dan Sastra Bali. Selain piagam, budayawan lulusan Jerman ini pun mendapatkan hadiah senilai Rp100 juta serta lencana emas seberat 25 gram, 22 karat. Anugerah Bali Kerthi Nugraha Mahotama tersebut diserahkan langsung oleh Gubernur Bali, Wayan Koster dalam penutupan Bulan Bahasa Bali 2019 di Gedung Ksiarnawa, Taman Budaya Bali, di Denpasar, Kamis malam (28/2/2019).
Made Suatjana dinilai di antaranya telah berhasil melestarikan, sudah menyebarluaskan, dan telah melakukan pembaruan bahasa, sastra, dan akasara Bali, ke dalam teknologi. Selain itu, Made Suatjana juga telah meraih berbagai prestasi yang berguna baik itu di masyarakat Bali, daerah, maupun negara, dan juga memiliki spectrum yang kuat dan luas, serta berpengaruh di masa lalu, masa kini dan juga masa depan.
Made Suatjana juga memiliki dedikasi yang tinggi tanpa pamrih dalam melestarikan, menyebarluaskan bahasa, sastra, dan akasara Bali. Pria kelahiran Tabanan 14 Mei 1947 adalah tim penyusun kamus Bali Indonesia beraksara latin dan Bali, pembuat kalender Bali berbasis komputer, penghargaan Parama Budaya Kota Denpasar 2012, serta penghargaan lainnya.
Tim Penilai Nala Antara mengatakan, penilaian terhadap penerima penghargaan tersebut berdasarkan Perda Nomor 1 tahun 2018 tentang Bahasa, Aksara dan Sastra Bali, bab 7 pasal 10 ayat 2 g, yakni pengahargaan yang luar biasa terhadap masyarakat yang telah berjasa dalam pelindungan, pengembangan, pemberdayaan dan pemanfaat tentang potensi bahasa, aksara, dan sastra Bali.
Pergub nomor 80 tahun 2018 tentang perlindungan dan pengunaan bahasa, aksara dan sastra Bali, serta penyelengaraan bulan Bahasa Bali Bab 7 pasal 12, 13, tentang penghargaan anugerah Bali Kerthi Nugraha Mahotama.
“Kreteria penilaian sendiri diawali dengan sosialisasi setelah SK Gubernur Bali nomor 114/03K/AK/2019 yang dikeluarkan pada 2 Januari 2019. Selain itu, tim pemeriksa juga memberitahukan, paling banyak dua orang calon penerima penghargaan dari kabupaten/kota yang kemudian disampaikan ke Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, dan dinas ini juga mengeluarkan calon untuk melengkapi kabupaten/kota. Sesudah lengkap, kemudian dilakukan pemeriksaan data yang dicek langsung keabsahannya,” bebernya seraya mengatakan keputusan tidak bisa diganggu gugat.
Penerima anugerah sendiri diikuti sebanyak 11 calon. Sayangnya, tidak semua kabupaten/kota mengusulkan calon penerima anugerah. Kabupaten Badung, Bangli, dan Klungkung hanya satu orang. Gianyar, Tabanan, Denpasar, dan Provinsi masing-masing dua orang, sedangkan Buleleng, Jembrana, dan Karangasem tidak mengusulkan calon hingga batas waktu yang telah ditetapkan.
“Tahun ini anugerah ini hanya bisa diberikan kepada satu orang saja. Mudah-mudahan tahun depan bisa ditingkatkan dan diikuti oleh seluruh kabupaten/kota,” ujarnya.
Sementara itu Gubernur Koster mengatakan, Bulan Bahasa Bali yang pertamakali digelar ini adalah untuk mengingat budaya Bali, khususnya bahasa, aksara, dan sastra Bali yang merupakan warisan leluhur. Pihakanya berharap, bahasa, aksara, maupun sastra Bali tersebut jangan hanya dilaksanakan saat Bulan Bahasa Bali saja. “Saya mohon setiap hari memakai bahasa Bali, baik itu di dalam keluarga, tempat kita bekerja, maupun di tengah-tengah masyarakat,” jelasnya.
Lebih lanjut mengatakan, Bulan Bahasa Bali ini adalah salah satu cara agar bahasa, sastra, maupun akasara Bali tersebut tetap lestari dan berkembang. Pihaknya pun berharap, ke depan kegiatan ini akan terus dilakukan dan ditingkatkan, sehingga masyarakat Bali menjadi lebih cinta terhadap bahasa Bali itu sendiri.
“Saya harap di era milineal ini, bahasa, sastra, maupun akasara Bali mampu memperkuat persatuan dan kesatuan masyarakat Bali. Mari satukan hati kita membangun masyarakat dan juga Bali, sesuai dengan visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali, sehingga kahidupan masyarakat Bali sejahtera sekala niskala,” tambahnya.
Ketua Panitia yang juga Plt Dinas Kebudayaan Provinsi Bali Putu Astawa mengatakan, Bulan Bahasa Bali tahun 2019 ini dibuka dengan festival nyurat lontar yang diikuti kurang lebih sebanyak 1000 peserta. Selain itu, dalam festival saat itu, Gubernur yang didampingi isteri, Ny. Putri Suastini Koster juga ikut nyurat lontar untuk memberikan motivasi bagi generasi muda Bali.
“Setelah itu, acara dilanjutkan dengan lomba-lomba yang diadakan ditingkat kabupaten/kota se-Bali, dan diikuti mulai dari desa, hingga provinsi. Selanjutnya, juga diadakan seminar terkait sastra bahasa Bali mengahdapi Revolusi Industri 4.0 yang diikuti 150 orang,” jelasnya.
Lebih lanjut mengatakan, dalam Bulan Bahasa Bali ini juga diadakan berbagai lomba. Mulai dari Lomba Nyurat Bahasa Bali yang diikuti siswa SD, Membaca Lontar yang diikuti para pemuda, Mesatwa Bali yang diikuti ibu-ibu PKK, Membaca Puisi yang diikuti siswa/siswi SMP, Debat Bahasa Bali oleh siswa SMA/SMK, Sambrama Wacana yang diikuti OPD Kabupaten/Kota dan Provinsi, Komik Online, Meme Bahasa Bali, Vlog Bahasa Bali, Postingan Status Bahasa Bali, dan Opini Bahasa Bali.
“Lomba-lomba tersebut berlangsung dengan baik, dan dilangsungkan penilaian oleh para juri,” bebernya seraya mengatakan, dalam Bulan Bahasa Bali juga diadakan pameran yang diikuti 11 stand, termasuk juga pengobatan tradisonal Taru Pramana secara gratis. (jus*/kb)