MANGUPURA, Kilasbali.com – Sampah berserakan yang biasanya terjadi seusai pengarakan ogoh-ogoh dalam malam pangrupukan sehari menjelang Nyepi harus segera dibersihkan. Mengingat Bali sebagai destinasi wisata, sampah itu akan merusak citra pariwisata, dan akan disoroti wisatawan.
Bendesa Adat Kerebokan A.A. Putu Sutarja mengatakan, berkaca dari pengalaman tahun lalu, ternyata ada wisatawan asing alias turis yang keluar hotel pada saat hari Nyepi. “Dia keluar untuk memungut sampah, bahkan ia telah mengumpulkan hingga dua karung besar sampah,” ujarnya, Selasa (5/3/2019).
Dari pengakuan turis tersebut, tutur Agung Sutarja, karena prihatin melihat banyak sampah berserakan, dan tidak ada satupun orang yang keluar memungutnya, sehingga turis itu berinisiatif untuk bersih-bersih.
“Jadi kita kan malu jadinya. Nah nanti seusai pangrupukan atau seusai pengarakan ogoh-ogoh, seluruh krama di Desa Kerobokan akan kita kerahkan untuk bersih-bersih lingkungan di banjar mereka masing-masing,” bebernya.
Sementara terkait Nyepi, pihaknya mengimbau bagi seluruh umat Hindu agar menjadi contoh yang baik bagi umat lain yang ada di Bali dalam menjalankan Catur Brata Penyepian.
Yakni: Amati Geni, artinya tidak boleh menyalakan api atau tidak diijinkan menyalakan lampu. Amati Karya, tidak boleh beraktifitas atau bekerja. Amati Lelungan, artinya tidak boleh bepergian keluar rumah dan Amati Lelanguan artinya tidak boleh bersenang-senang.
“Seluruh krama Desa Kerobokan, termasuk tempat-tempat wisata telah kita himbau agar menjalankan Catur Brata Penyepian. Dan khusus untuk hotel, kita juga telah memberitahukan agar menjemput tamunya seusai pengarakan ogoh-ogoh,” tandasnya. (jus*/kb)