KARANGASEM, Kilasbali.com – Gubernur Bali Wayan Koster mengingatkan krama dan terutama generasi muda Bali untuk lebih mencintai adat dan budaya Bali di tengah perkembangan jaman. “Bagus sekali jika kita bisa menguasai Bahasa Inggris atau Bahasa asing lainnya sebagai modal dalam dunia kerja, namun jangan sampai melupakan bahasa Bali, adat istiadat Bali serta budaya Bali sebagai akar kita sebagai orang Bali. Untuk itu saya mengajak terutama kepada kaum milenial untuk lebih banyak belajar dan mencintai Budaya Bali,” kata Gubernur di sela Upacara Tawur Agung Kesanga, di Bencingah (pelataran) Pura Agung besakih, Kecamatan Rendang, Karangasem, Rabu (6/3/2019).
Menurutnya, pembangunan Bali di masa kepemerintahannya tidak hanya berupa pembangunan di bidang fisik yang terpola, terencana dan terintegrasi, tapi juga pembangunan di bidang niskala dengan mengambil konsep Tri Pramana dan Tri Hita Karana yang telah diwariskan secara turun-temurun oleh leluhur dan orang-orang suci di Bali.
“Warisan leluhur tersebut yang menjadikan Bali sebagai sebuah Pulau, memiliki taksu yang membedakannya dari daerah-daerah lain. Sebagai sebuah konsep yang menuju kepada keharmonisan sesuai dengan visi ‘Nangun Sat Kerthi Loka Bali’,” kata Koster.
Lebih jauh, pria kelahiran Singaraja ini juga membeberkan kebijakannya untuk menyusun beberapa regulasi sebagai landasan hukum untuk melindungi dan melestarikan akar-akar kebudayaan yang ada di Bali antara lain Peraturan Gubernur (Pergub) Penggunaan Pakaian adat Bali, Pergub Bahasa dan Aksara Bali serta Pergub pemanfaatan hasil pertanian, perikanan dan industri lokal di Bali.
“Pergub yang disusun ini tak lain adalah langkah untuk melestarikan akar-akar kebudayaan kita sehingga tetap kuat meskipun diterpa ‘angin kencang’ perubahan jaman. Untuk itu pula, saya masih menyusun sekitar 5 Perda dan 16 pergub yang akan diselesaikan pada tahun 2019 ini,” bebernya sembari menyebut pentingnya peran desa adat sebagai benteng adat dan budaya yang harus tetap dijaga.
Dalam Upacara Tawur Agung Kesanga atau yang berarti persembahan suci untuk keharmonisan alam semesta tersebut, dilaksanakan serangkain Hari Suci Nyepi tahun Saka 1941 dan dipuput oleh tiga sulinggih. Selain persembahan suci yang ditandai dengan penyembelihan beberapa jenis hewan tersebut, juga dipentaskan tarian seperti Rejang, baris serta Topeng Sidakarya yang dalam kesempatan tersebut ditarikan oleh Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati.
Nampak pula dalam prosesi tersebut, Sekretaris Daerah Provinsi Bali Dewa Made Indra, Wakil Bupati Karangasem Nyoman Artadipa serta mantan Gubernur Bali Dewa Made Bharata dan Made Mangku Pastika. Ditambah pula jajaran DPRD Bali dan Karangasem serta jajaran Organisasi Perangkat daerah (OPD) yang berbaur Bersama ribuan pemedek yang hadir. (rls*/kb)