DenpasarOpiniSeni Budaya

Desa Adat Benteng Budaya Bali

    DENPASAR, Kilasbali.com – Desa Adat adalah benteng penjaga seni dan budaya Bali, sehingga sangat tepat usulan dari Gubernur Bali Wayan Koster kepada Pemerintah Pusat dan juga langsung kepada Presiden Republik Indonesia Ir. Joko Widodo dalam acara Tatap Muka dengan Masyarakat Bali, untuk mempertimbangkan anggaran APBN bagi Desa Adat.

    Apresiasi terhadap langkah Gubernur Bali tersebut, disampaikan oleh Rektor IKIP PGRI Bali Dr. Made Suarta, SH., M.Hum., saat ditemui di kampusnya, di Denpasar, Selasa (23/3/2019).

    “Masyarakat Bali itu hampir 70 persen tergantung dari sektor pariwisata. Di mana Bali mengandalkan pariwisata berbasis budaya atau dengan branding Pariwisata Budaya,” jelas Suarta.

    Menurutnya, seni dan budaya adalah warisan leluhur masyarakat Bali, sehingga sangat perlu untuk dilestarikan. Di mana unsur budaya Bali itu ada tujuh, yakni mulai dari adat istiadat, agama, pakean, bangunan, perkakas, bahasa, dan seni.

    Baca Juga:  Penyineban Karya IBTK Tahun 2024, Pj Gubernur Bali Nuek Bagia Pula Kerti

    “Sekarang Pak Gubernur kan sangat konsen terhadap budaya, yang tertuang melalui visi beliau “Nangun Sat Kerthi Loka Bali”, yang berarti membangun Bali dengan menjaga kesucian dan keharmonisan alam Bali beserta isinya, untuk mewujudkan kehidupan krama dan gumi Bali yang sejahtera dan bahagia sekala niskala,” bebernya.

    Lebih lanjut mengatakan, masyarakat Bali sudah terbukti mampu menjaga seni dan budaya dengan meraih penghargaan sebagai destinasi terbaik di dunia versi situs travel planning and booking, TripAdvisor.

    “Jadi apa yang dilakukan oleh leluhur kita wajib untuk dilestarikan, bahkan kalau menurut saya apa yang sudah ada dan mulai hilang, sebaiknya itu dibangkitkan kembali,” jelasnya seraya mengatakan, apapun yang akan dibangun di Bali sebaiknya mengambil tema kearifan lokal.

    Baca Juga:  Peringatan Weton sebagai Ungkapan Rasa Syukur

    Rektor juga sangat tidak setuju dengan usulan beberapa pihak terkait penambahan branding lain untuk mempromosikan Bali di kancah internasional.

    “Branding Pariwisata Budaya itu jangan lagi diotak-atik. Karena keistimewaan Bali itu adalah seni budaya. Tanpa embel-embel lain pun sudah banyak yang datang ke Bali dengan bukti meraih destinasi wisata terbaik di dunia. Jadi jangan diotak-atik,” tandasnya. (jus*/kb)

    Back to top button

    Berita ini dilindungi