CeremonialGianyar

Atraksi Tabuh Rah Antarkan Pelebon Almarhum Dewa Alit

    GIANYAR, Kilasbali.com – Atraksi tabuh rah digelar dalam pelebon unik almarhum I Dewa Made Alit (76), di kuburan Adat Kesian, Desa Lebih, Gianyar, Kamis (23/5/2019). Tabuh rah ini merupakan persembahan penghormatan terakhir dari warga, yang merupakan rekan almarhum tentang tata titi tabuh rah.

    Salah satu putra almarhum, Dewa Putu Anom (45) menuturkan, semasa hidup ayahandanya banyak memiliki rekan di dunia tabuh rah. Padahal, ayahnya bukannya orang yang suka bertaruh banyak. Hanya saja, rekan-rekannya itu sering meminta pertimbangan ke almarhum, sebelum ke arena tabuh rah.

    Baca Juga:  Pimpinan DPRD Provinsi Bali 2024-2029 Resmi Dilantik

    “Ya , beliau memang memahami tata cara pengayam-ayaman secara tradisional. Beliau juga sering mewanti agar rekannya senantiasa membatasi diri. Buktinya, almarhum tak pernah jual tanah selama menekuni tabuh rah ini. Malah, meski sebagai petani, beliau mampu menabung dan membeli sebidang lahan pertanian,” kenangnya.

    Anom pun mengakui, semasa hidupnya tabuh rah selalu dijadikan tongkatan mendidik anak-anaknya. Diantaranya ada sikap ikhlas saat tidak mampu menghadapi cobaan hidup, namun tetap akan ada peluang untuk menang di kemudian hari.

    Baca Juga:  Potensi Kerawanan Pilkada 2024 Tinggi, Bawaslu Tabanan Tingkatkan Pencegahan-Pengawasan

    Kemudian penanaman nilai sportifitas, saling menerima keadaan tanpa irihati, melainkan harus tetap memiliki motivasi. Dan terpenting adalah persaudaraan. Dalam tabuh rah, disebutkan semua orang dari berbagai penjuru berkumpul, tiada rasa perbedaan. Sehingga rasa ini sebenarnya dapat meredam konflik tengah persaingan.

    “Walaupun kami anak-anaknya kadang sulit memahami, namun apabila dijalankan dalam keseharian dengan berpikir rasional, kami baru rasakan sekarang saat beliau telah pergi,” pungkasnya.

    “Ini adalah penghormatan terakhir kami kepada Dewa Kak (almarhum Dewa Alit). Selama ini beliaulah guru kami untuk memberikan arahan tentang cara memelihara hingga mengadu ayam secara tradisional,” ujar murid almarhum, I Nyoman Utik.

    Baca Juga:  Desa Adat Silungan Gelar Karya Mepadudusan Alit, Ngenteg Linggih, Ngeresi Gana lan Mupuk Pedagingan

    Menurutnya, almarhum adalah sosok yang semasa hidupnya serba sederhana. Namun, dibalik kesederhanaannya almarhum memiliki vibrasi untuk menongkati generasi muda penghobi pengayam-ngayaman (tentang ayam aduan).

    “Beliau tidak serta merta bertaruh, namun lebih banyak memberikan arahan agar memetik filosofi dari ayam beradu dan banyak hal lainya agar kita tetap kontrol diri,” tambahnya. (ina/kb)

    Back to top button