GIANYAR, Kilasbali.com – Insiden putusnya Bendera Merah Putih saat pengibaran bendara mewarnai Upacara Peringatan Hari Sumpah Pemuda di Lapangan Astina Gianyar, Senin (28/10/2019) pagi. Bendera itu jatuh dari ujung tiang gara-gara ujung bendera robek dan putus.
Melihat hal itu, Bupati Gianyar I Made Mahayastra sebagai inspektur upacara langsung memerintahkan Pasukan Pengibar Bendara (Paskibra) untuk melipat bendara dan kembali ke tempat.
Dari pantauan di lapangan, posisi ujung tali yang masih nyantol di ujung tiang pun, sempat merepotkan hingga didatangkan mobil teknis Dinas Perhubungan. Selain itu, seorang personil TNI juga sempat memanjat tiang untuk mencabo membantu.
Setelah ujung tali berhasil di turunkan, prosesi pengibaran bendera pun dilakukan kembali usai upacara selesai, namun tetap dihadapan seluruh peserta upacara yang posisinya lebih merapat.
Melihat psikis anak-anak Paskibra yang terlihat sangat terbebani, Bupati mencoba menenangkan dalam pidatonya. Terlebih musibah itu, murni bukan atas kesalahan petugas Paskibra.
Kendatipun demikian, Bupati memberi catatan kepada semua pihak terkait agar keteledoran yang sama tidak terulang kembali. Karena penyebab putusnya bendera ini, lantaran bagian ujung bendara tidak kuat menahan beban dan akhirnya robek dan terputus.
“Dengan ukuran bendera 3 x 2 meter ini, seharusnya bagian ujung bendera ditambahkan karangka penopang. Ini juga mengandalkan ujung kain yang dijarit ganda, belum kuat menahan beban dan terpaan angin,“ ungkap Bupati Mahyastra usai apel.
Lanjutnya, hal seperti ini bisa terjadi kapan dan di mana saja. Dalam kondisi ini, harus ada keputusan dari seorang pimpinan. Karena itu sebagai inspektur upacara, Bupati Mahayastra langsung memberikan keputusan agar Paskibra kembali ke tempat.
“Jangan dulu menilai keputusan itu apalah salah atau benar. Saat itu saya melihat paskibra sudah mau nangis dan tangannya gemetar. Saya yakinkan dengan meminta kembali ke tempat dan diulang dengan kyusuk dihadapan semua peserta,” terangnya singkat. (ina/kb)