Denpasar

Sastra Drama Monolog “Tantri Tuteng Tutur”

DENPASAR, Kilasbali.com – Persembahan sastra drama serangkain festival Seni Bali Jani (FSBJ) mengangkat kisah ‘Tantri Tuteng Tutur’ disajikan apik oleh Kelompok Palawara Music Company, Denpasar di Panggung Ratna Kanda , Rabu (30/10/2019) sore.

Konsep garapan monolog yang dibawakan Eba Ayu Febra, sukses membius penonton bahkan tak terkecuali Istri Gubernur Bali Ibu Ni Putu Putri Suastini Koster yang hadir turut larut sore itu. Karya sastra drama dibawah asuhan Wayan Ary Wijaya, S.Sn menggarap karya dengan iringan musik modern Palawara diantaranya Nyoman Sunanti alias Man Cucun (back vocal) , Jigo ( suling) .

Baca Juga:  Pemprov Bali Salurkan Bantuan "Bali Peduli Bencana" untuk Korban Erupsi Gunung Lewotobi

Ary Wijaya menuturkan proses karya dipersiapkan selama satu bulan. Persembahan dalam ruang seni modern ini, ia berharap menjadi awal kiprah para pegiat seni sastra, musik di Bali untuk berkiprah lebih liar dalam batasan kreatif. Tantri diangkat dengan nilai -nilai, membicarakan kehidupan kekinian, sehingga menjadi tuntunan yang dapat diresapi oleh semua kalangan.

“Dengan ajang ini kita menunjukan pengembangan diri, kita lebih menampilkan suasana ilustrasi, menawarkan hal yang baru khususnya di ranah sastra drama,” ucap Ary usai pentas.

Baca Juga:  Magic Garden Lestarikan Keanekaragaman Hayati Nuanu Bali

Ia berharap, kedepan ruang ini tetap berlanjut dan diberikan kesempatan lagi, dengan mengangkat budaya kearifan lokal dalam seni modern bisa menjadi tawaran kreatif bagi perkembangan seni di masa mendatang. “Tentunya tanpa meninggalkan kearifan lokal budaya Bali,” ungkapnya.

Sementara itu pementasan seni sastra drama Tantri ini dibawakan secara monolog oleh Eba Ayu Febra, menyiratkan kisah ketika Tantri masih kanak- kanak. Ia tidak sengaja melihat ayahnya sedang menyeret para wanita yang akan dijadikan persembahan kepada sang raja.

Terjadilah pertemuan antara Tantri dengan ayahnya patih Bandeswarya, mereka saling bercengkrama. Pertanyaan demi pertanyaan terus dilontarkan Tantri kepada ayahnya, namun yang terjadi ayahnya tak mampu menjawabnya. Hingga akhirnya kini Tantri telah dewasa. Peristiwa masa lalu menjadi kekhawatiran yang membelenggu dalam jiwanya. Perdebatan pikiran dan batin menjadi genderang perang keberangkatan Tantri dengan sang raja.

Baca Juga:  Gudang Logistik di Nusa Penida dan Karangasem Terpantau Aman

Sajian secara monolog ini berlangsung 45 menit, hingga penonton pun tampak betah menyaksikan hingga pementasan berakhir. (rls/kb)

Back to top button

Berita ini dilindungi