DENPASAR, Kilasbali.com – Dinas Kebudayaan Provinsi Bali menyiapkan hadiah uang tunai total hingga Rp36 juta bagi para pemenang dalam lomba teater modern serangkaian ajang Festival Seni Bali Jani 2019 di Taman Budaya Provinsi Bali, Denpasar.
“Lomba teater modern untuk komunitas atau sanggar SMA/SMK dan mahasiswa ini bertujuan untuk menemukan bakat-bakat pemain, penulis naskah, maupun sutradara teater,” kata Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali I Wayan “Kun” Adnyana, di Denpasar, Jumat (1/11/2019).
Di samping itu, menurut Kun Adnyana, lewat lomba teater modern FSBJ 2019 yang dilaksanakan dari 29 Oktober hingga 5 November mendatang itu untuk menjaga orientasi kaum milenial ke hal positif sebagai agen pemajuan kebudayaan.
Komunitas atau sanggar teater yang meraih juara I berhak membawa pulang hadiah uang tunai Rp10 juta, juara II (RRp8 juta), dan juara III (Rp6 juta). Tiga pemenang harapan akan mendapatkan hadiah uang tunai masing-masing Rp3 juta. Demikian juga telah disiapkan hadiah uang tunai untuk sutradara terbaik, aktor/aktris terbaik, dan penata artistik terbaik masing-masing Rp1 juta untuk tiap kategori.
I Kadek Bhaswara Dwitiya, salah seorang juri lomba teater modern FSBJ 2019 menyatakan sangat mengapresiasi digelarnya lomba teater modern itu, di tengah masih sangat terbatasnya kompetisi bidang teater di Pulau Dewata.
“Selain itu, dengan kegiatan ini dapat ‘meramu’ siswa dan mahasiswa yang memiliki kelebihan di bidang teater dan sastra,” ucapnya yang juga akademisi ISI Denpasar itu.
Dari sejumlah komunitas maupun sanggar teater yang sudah tampil, Dwitiya melihat secara umum garapannya sudah bagus dan akting dari para pemerannya juga berkembang.
Tema teater modern yang dibawakan sesungguhnya bebas, tetapi menurut dia, nampaknya para peserta lomba lebih memilih mengangkat tema yang hampir sama terkait percintaan karena mungkin disesuaikan dengan usia maupun pengalaman mereka.
“Untuk kriteria penilaian, mayoritas kami ambil dari sisi penyutradaraan yakni bagaimana sutradara mampu merefleksikan ke dalam sebuah bentuk pemanggungan teater. Sutradara sebagai konseptor dan pemanggungan, di samping itu kami juga menilai para aktor, maupun sisi artistik (menyangkut properti, busana dan riasan),” ujarnya.
Selanjutnya kriteria penilaian juga menyangkut sisi kreativitas, gaya bahasa, akting, alur cerita yang atraktif dan keutuhan pementasan.
Terkait durasi pementasan, termasuk pemasangan dan pembongkaran properti diberikan waktu minimal 45 menit dan maksimal satu jam.
“Kami sangat berharap Festival Seni Bali Jani dapat menjadi program unggulan dan wadah bagi pelajar dan mahasiswa yang bergelut di sastra, jangan sampai sastra modern di Bali diam di tempat,” ucapnya bersama dua juri lainnya yakni Ketut Yuliarsa (dramawan yang banyak berkiprah di Australia) dan Ngurah Arya Dimas Hendratno (dari Sanggar Sastra Jatijagat Kampung Puisi).
Dalam kesempatan itu, Dwitiya juga menyoroti masih kurangnya apresiasi masyarakat untuk menyaksikan atau menonton lomba teater modern karena hanya disaksikan oleh pihak yang perwakilan siswa SMA ataupun kampusnya yang tampil. Seperti halnya pada Jumat (1/11), pementasan Teater Abitha dari Stispol Wira Bakti hanya disaksikan oleh segelintir akademisi dari kampus setempat.
Selain Teater Abitha, dalam lomba teater modern FSBJ 2019 ini tampil sejumlah komunitas/sanggar yang akan memperebutkan gelar juara yakni Teater Sumukhi, Teater Titik Dalam Koma (Politeknik Negeri Bali), Teater Wira Bakti (SMK Wira Bakti Denpasar), Teater Limas, Teater Biru, Teater Wong Kutus (SMAN 8 Denpasar), dan Teater Takhta (SMK-SMEA Saraswati 1 Denpasar). (rls/kb)