JEMBRANA, Kilasbali.com – Sumur tua diduga tempat penguburan massal korban tragedi G 30 S PKI tahun 1965 di Banjar Tegal Badeng, Desa Tegal Badeng Timur, Kecamatan Negara dibongkar, Rabu (4/12/2019). Dengan menggunakan eskavator, dari sumur yang sebelumnya sempat di atasnya didirikan sebuah rumah, ditemukan tulang belulang manusia.
Pemilik, Kadek Suryawan mengaku setelah membangun rumah tahun 2003 di lokasi bekas surmur tersebut, ada berbagai kejadian janggal dan diluar nalar yang dialami keluarganya. Namun ayahnya alm Ketut Sangga, bersikukuh tidak mau membongkar sumur tua yang sudah ditutup dan di atasnya didirikan bangunan tersebut.
Kemudian akhirnya muncul kejadian – kejadian aneh dan keluarga sering kesakitan. Perekonomian juga berpengaruh. Sampai ayahnya juga jatuh sakit cukup lama. Namun ayahnya saat itu tetap tidak percaya dan mengatakan sumur sudah bersih dan pamannya yang menjadi salah satu korban tragedi G 30 S PKI sudah diaben. Ayahnya akhirnya meninggal enam bulan lalu. “Setelah ayah saya meninggal baru kami minta petunjuk lagi,” tuturnya.
Dikatakannya, iapun akhirnya memutuskan untuk meminta petunjuk orang terkait kejanggalan yang sering dialaminya. “Saat itu barulah dikasi untuk membongkar. Saat itu almarhum nunas iwang dan ngaku sisip,” ujar istrinya, Nengah Asih. Selain itu, beberapa hari lalu anaknya sempat kesurupan dan meminta agar sumur itu digali dan tulang belulang manusia di dalam sumur tersebut diangkat dan diupacarai secara layak.
Sementara itu, kerabat pemilik rumah, Ketut Suara yang juga saksi mata saat zaman pembantaian G 30 S PKI membenarkan di areal rumah Kadek Suryawan dulunya memang ada sumur yang digunakan untuk mengubur sekitar 5 sampai 7 korban pembantian. Di mana ada dua korban yang merupakan kerabatnya. “Dua orang misan saya yang hilang,” katanya.
Setelah penggalian dilakukan hingga kedalaman 8 sampai 10 meter dengan alat berat, ditemukan serpihan tulang belulang manusia. Selain itu juga ditemukan beberapa kancing baju masih utuh, beberapa batu besar seperti batu yang dipakai untuk menumbuk/mengolah bumbu, beberapa barang besi dan kayu balok, serta uang logam kuno.
Kadek Suryawan mengatakan tulang belulang tersebut akan diupacarai sesuai keyakinan umat Hindu agar bisa lebih tenang, sehingga tidak ada lagi kejadian ataupun musibah yang dialami keluarganya. (gus/kb)