JEMBRANA, Kilasbali.com – Kepala Seksi Observasi Satsiun Klimatologi Negara, Agit Setyoko mengatakan, sejak akhir Desember cuaca di wilayah Bali Barat termasuk Jembrana sudah mulai musim penghujan.
Hingga kini curah hujan di wilayah Jembrana diprakirakan masih dalam intensitas sedang hingga lebat. “Untuk sedang indikatornya dalam 24 jam intensitasnya 20 sampai 50 mm. Kalau lebat dari 50 hingga 100 mm. Hujannya sudah merata,” ujarnya, Rabu (2/1/2020).
Ia menyebut berdasarkan pemantauan satelit cuaca, belum ada potensi hujan ekstrem seperti di sejumlah wilayah di Indonesia.
Intensitas hujan sedang hingga lebat yang mengguyur wilayah Jembrana tersebut belum berpotensi dapat menimbulkan banjir apabila kondisi saluran air dari hulu, baik itu sungai maupun drainase dalam kondisi berfungsi normal.
“Belum berpotensi banjir karena durasinya tidak lebih dari empat jam, dengan catatan sungai atau drainasenya tidak bermasalah,” paparnya.
Diprediksi curah hujan dalam sepuluh hari ke depan akan semakin meningkat. Karena musim penghujan mundur, diprediksi puncak musim penghujan akan terjadi pada Februari sampai Maret dan April mulai peralihan ke musim kemarau.
Sementara itu, Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Jembrana, I Ketut Eko Susila Artha Permana mengatakan saat hujan yang mengguyur wilayah Jembrana beberapa jam pada Rabu (1/1) sore, sudah terjadi beberapa kejadian.
Kejadian pertama pohon perindang di median Jalan Surapati depan Dinas Dapdukcapil Jembrana tumbang. “Pohon tumbang hingga menutup satu lajur badan jalan, kami lakukan pemotongan” ujarnya.
Kejadian berikutnya, air saluran drainase di timur Pasar Melaya meluap, sehingga sempat merendam areal Puskesmas I Melaya, “untuk genangan air di Puskesma Melaya kami lakukan penyedotan,” ungkapnya.
Ia mengaku pasca kemarau panjang dan memasuki musim penghujan ini, di Jembrana juga terdapat kerawanan potensi musibah atau bencana dampak hujan.
Di wilayah dataran tinggi pihaknya meminta warga waspada terhadap tanah longsor. “Kondisi tanah setelah kemarau panjang yang kering, ketika ada hujan akan labil dna mudah tergerus dan amblas. Beberapa desa di Jembrana terutama di wilayah utara mamang kondisinya terjal sehingga rawan tanah longsor ketika pergantian musim kemarau ke musim penghujan” tegasnya.
Begitupula warga diminta mewaspadai luapan air kepermukiman. “Seperti yang di Melaya, itu karena air meluap dari saluran drainase,” paparnya.
Kini untuk optimalisasi pelayanan kedaruratan dan respon bencana, pihaknya telah menyiagakan alat dan armada termasuk personil Tim Reaksi Capat (TRC) di Rupusdalops PB serta Relawan Pengurangan Resiko Bencana di setiap desa/kelurahan.
Bahkan dalam waktu dekat pihaknya menyatakan akan membentuk dan mengaktifkan Posko Terpadu. “Nanti Posko Terpadu ini melibatkan personil dari seluruh instansi dan lembaga terkait,” tandasnya. (gus/kb)