CeremonialSeni BudayaTabanan

Ini Rute Melasti Karya Agung Pangurip Gumi, Lewati 18 Desa dengan Jarak Tempuh 90 Km

TABANAN, Kilasbali.com – Prosesi melasti sebagai rangkaian Karya Agung Pangurip Bumi di Pura Batukau, Tabanan akan melintasi 18 desa adat dengan jarak tempuh 90 km pulang pergi.

Prosesi ini akan menempuh waktu hingga empat hari tiga malam yang dimulai dari pagi hari sekitar 08.00 dengan berjalan kaki dari Pura Batukau pada tanggal 29 Januari dan berakhir pada 1 Pebruari 2020. Iring-iringan melasti dari Pura Batukau akan menuju Pura Puseh Wongaye Gede yang kemudian simpang untuk beberapa saat.

Selanjutnya perjalan dilanjutkan menuju Desa Tengkudak dan simpang di Pura Bale Agung desa ini. Perjalanan dilanjutkan menuju Desa Penatahan dan turun menyebrang sungai Yeh Ho, kemudian naik menuju jalan utama di Pertigaan Jegu belok kiri menuju pertigaan Buruan belok kanan menuju Desa Wanasari.

Di Desa Wanasari akan simpang di Pura Bale Agung. Setelah itu, perjalanan berlanjut menuju Desa Tuakilang. Di desa ini, iring-iringan melasti akan turun ke sungai menuju Beji Tuakilang. Dari Beji ini kemudian naik ke jalan utama utara terminal kemudian menuju Pura Pesimpangan Tuakilang untuk simpang kembali.

Baca Juga:  Mulyadi dan Sanjaya Kompak Tidak Pasang Target di Pilkada 2024

Dari pura ini perjalanan dilanjutkan menuju Pura Puseh Tabanan melalui jalan persimpangan tiga di desa ini belok ke kiri menuju Pasekan SMAN 1 Tabanan, lurus ke selatan hingga simpang LP lurus kembali ke selatan menuju Pura Puseh Tabanan kemudian mererep (bermalam) di pura ini.

Keesokan harinya, 30 Januari 2020, sekitar pukul 05.00 WITA, perjalanan melasti dilanjutkan. Dari pura ini, Jalan Gunung Batur iring-iringan berjalan ke selatan menuju Patung Sangung Wah ke timur di Jalan Gajah Mada menuju Jalan Melati dan berbelok ke selatan di Simpang TL Grokgak menuju utara Gor Debes, kemudian berjalan ke timur.

Sesampai di Jembatan Banjar Demung, iring-iringan kembali turun ke sungai ke Pura Beji yang kemudian simpang di Pura Desa. Usai itu, perjalanan dilanjutkan menuju Jalan Kediri ke selatan, simpang tiga Kediri ke selatan, simpang patung Catur Muka ke selatan, Nyitdah ke timur, pertigaan Mengesang ke timu hingga Bale Banjar Braban Ulun Desa ke selatan kemudian mesandekkan/beristirahat sebentar di Pura Desa Beraban. Setelah mesandekan, perjalan dilanjutkan menuju Tanah Lot.

Baca Juga:  Magic Garden Lestarikan Keanekaragaman Hayati Nuanu Bali

“Di Tanah Lot upacara sangat besar dimulai melabuh gentuh, padudusan agung, mapekelem, baru munggah ke Tanah Lot. Usai prosesi iti, Ida Bethara kembali ke Pura melintasi rute yang sama,” tutur I Wayan Arya, Ketua I Panitia Karya Agung Pengurip Gumi.

Ida Bethara memargi menuju Pura Puseh Kota Tabanan dengan melintasi jalan Beraban, lurus di Bale Banjar Ulun Desa Beraban, belok kiri menuju Nyitdah, Patung Catur Muka Nyitdah belok kanan menuju Simpang Tiga Kediri lurus ke utara, di Pertigaan Puri Kediri le kiri menuju Demung.

Melewati jembatan Demung menuju utara Gor Debes belok ke kanan menuju TL Grokgak, lurus ke utara di Jalan Mawar hingga Simpang Melati, belok ke kiri menuju Jalan Gajah Mada dan sesampai di Patung Catur Muka belok ke Utara menuju Patung Sanguh Wah. Kemudian luruh ke utara hingga Pura Puseh Tabanan, dan Ida Bethara mererep di pura ini.

Baca Juga:  Meliang-liang! Ribuan Warga Padati HUT Kota Tabanan

Keesokan harinya, 31 Januari 2020 sekitar pukul 05.00 WITA, perjalanan dilanjutkan menuju ke Pura Batukau. Dari pura Puseh Tabanan, iring-iringan kembali berjalan menuju Jalan Gunung Agung ke Utara hingga ke simpang LP ke utara menuju Pasekan, Tuakilang, Buruan, Penatahan dan simpang di Pura Bale Agung. Perjalanan dilanjutkan ke Tengkudak dan kemudian mererep di Pura Bale Agung. Setelah itu, pada keesokan harinya, 1 Peburari 2020, sekitar pukul 06.00 WITA, Ida Bethara kembali melakukan perjalanan melewati Wongaye Gede dan munggah ke Pura Luhur Batukau. (jus/kb)

https://www.kilasbali.com/sepanjang-jalan-pemelastian-karya-agung-pengurip-gumi-pantang-dilewati-jenazah/

https://www.kilasbali.com/sepanjang-jalan-pemelastian-karya-agung-pengurip-gumi-pantang-dilewati-jenazah/

Back to top button

Berita ini dilindungi