GIANYAR, Kilasbali.com – Kasus kematian ternak Babi secara massal di Badung dan Tabanan, kini juga membayangi peternak di Gianyar. Ironisnya, ancaman virus African Swine Fever (ASF) sangat potensial menyebar ke Gianyar yang menjadi lintasan perdagangan ternak babi lintas kabupaten.
Mengantisipasi paparan virus ini, Dinas Pertanian (Distan) Gianyar gencarkan sosialisasi kepada peternak di sentra produksi babi di Gianyar. Dari informasi yang dikumpulkan, Rabu (29/1/2020), kasus kematian ternak babi secara massal bahkan sudah terjadi di Gianyar.
Dari laporan yang diterima Dinas Pertanian Gianyar, sedikitnya terdapat 70 ekor babi mati mendadak di Banjar Abasan, Desa Singapadu Tengah, Kecamaga Sukawati, Gianyar. Babi yang mati tersebut berasal dari kurang lebih 25 orang peternak masyarakat. Namun, dari babi yang mati tersebut disebutkan mati dengan gejala gejala yang berbeda.
Meski demikian, kasus kematian babi ini mulai membuat resah peternak. Salah seorang peternak asal Banjar Tangkup, Desa Bukian, Payangan I Wayan Arya mengatakan, virus ASF ini membuat khawatir petenak babi. Terlebih di Gianyar sudah ada babi mati yang mendadak.
Menurutnya, jenis penyakit yang menyebabkan kematian babi di Gianyar perlu segera diketahui, sehingga peternak lebih serius lagi menanggulangi. “Sebagai peternak kami ingin segera tahu jenis wabah yang menyerang babi mati mendadak di Gianyar,” harapnya.
Menurut Arya, terjangkitnya penyakit babi terkadang dimanfaatkan oleh pada saudagar babi untuk meraup keuntugan yang tinggi, dengan membeli babi masyarakat dengan harga murah. “Syukur kali ini belum terjadi. Harga babi masih stabil. Mudah-mudahan tetap stabil,” harapnya.
Sementara itu, Kabid Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Fetrinear (Keswan Kesmas Fet) Dinas Pertanian Gianyar, K Made Santiarka membenarkan adanya laporan puluhan ternak babi yang mati. Namun gegalanya berbeda dengan serangan virus ASF.
Karena itu, pihaknya belum berani memastikan apakah penyakit yang menyebabkan kematian 70 babi tersebut jenis penyakit yang sama dengan kematian babi massal yang terjadi di Tabanan dan Badung. Karena, gejala penyakit yang menyebabkan kematian itu berbeda- beda. Ada yang mencret darah ada yang nafsu makan hilang dan gejala lainnya.
Sementara ciri penyakit penyebab kematian babi massal di Tabanan dan Badung adalah, nafsu makan berkurang, lumpuh, ada bintik merah pada kulitnya. Dalam hitungan 5 hari babi akan mati. Bahkan tanpa gejala ada yag mati mendadak. “Kami tak berwenang menyatakan penyampaikan penyakit yang menyebabkan kematian babi-babi itu, sebelum ada hasil uji labolatorium. Sampel sudah kami kirim ke lab. Tapi hasilnya belum keluar,” katanya.
Untuk mencegah Gianyar tetpapar virus ASF tersebut Dinas Pettanian Gianyar genjar melaksanakan sosialisasi. Sosialisasi pertama dilaksanakan di Banjar Abasan, Singapadu Tengah, lokasi di mana banyak babi masyarakat yang mati mendadak. Lanjut di Desa Lodtunduh, Ubud, di Banjar Bukian Kaja, Desa Bukian, Payangan. “Kami harap peternak tetap menjaga keamanan (safety) kandang. Jangan memberikan orang lain lalulalang di dalam kandang. Kalau masuk kandang harus bersih. Dan jika menjual babi mobil dan kandang langsung harus steril,” terangnya.
Diingatkan pula, babi yang mati harus dikubur. Jangan dibuang di saluran air atau di jurang. Juga diharapkan peternak tidak boleh menjual babi hang sakit. Hal ini selain melanggar UU Kesehatan juga akan mempercepat meluasnya paparan wabah ini. Walau jenis virus ini tak menular ke manusia, pihakny tetap mewanti agar masyarakat membeli daging yang sehat,” tegasnya.
Tambahnya, populasi babi di Gianyar mencapai 150 ribu ekor Peternak besar yang memelihara babi ratussn ekor sekitar 50 pengusaha. Lainnya peternak masyarakat, yang memelihara babi paling banyak 10 ekor. (ina/kb)