JembranaSosial

Kisah Pilu Perjuangan Komang Wahyu

JEMBRANA, Kilasbali.com – Masa kecil adalah masa yang indah bersama orangtua yang penuh dengan kasih sayang. Sudah bisa dipastikan bahwa orangtua akan rela berjuang banting tulang demi kebahagian dan masa depan yang lebih baik bagi si buah hati.

Namun sayang, semua itu tak dialami I Komang Wahyu Pratama asal Banjar Sawe, Desa Batuagung, Jembrana. Bocah kecil berusia delapan tahun ini harus rela mengorbankan masa bahagianya, lantaran sang bunda telah meninggalkannya sejak ia baru berumur enam bulan.

Komang Wahyu yang memiliki keterbatasan mendengar sejak kecil sehingga komunikasinya terganggu inipun dirawat oleh sang kakek, I Wayan Milia dan juga neneknya. Namun sayang, rupanya itu tak bertahan lama. Sang nenek juga turut pergi meninggalkannya untuk selama-lamanya menghadap sang pencipta.

Si kecil yang juga menderita bibir sumbing dan telah tiga kali menjalani operasi inipun merawat sang kakek seorang diri. Di mana sang kakek sejak puluhan tahun lalu menahan sakit akibat kanker ganas yang dideritanya. Sembari berjuang ditengah himpitan ekonomi agar bisa bersekolah, iapun harus pintar membagi waktu, antara bersekolah dengan merawat sang kakek.

Baca Juga:  Partisipasi Pemilih Melorot-Suara Tidak Sah Tinggi di Pilkada 2024 Jadi Evaluasi KPU Tabanan

Namun sayang, cobaan kembali menghampirinya. September 2019 lalu, sang kakek pun ikut pergi untuk selamanya dan meninggalkan dirinya seorang diri. Kehidupan siswa kelas II di SD Negeri 2 Batuagung inipun cukup memprihatinkan. Tinggal di gubuk kecil berdinding anyaman bambu di tengah tegalan (kebun-red).

Akses menuju rumahnya memang jauh dari jalan utama desa. rumahnya terletak agak ke dalam. Untuk bisa menuju ke rumahnya harus menelusuri jalan gang kecil dengan medan yang terjal, dan tentu saja licin jika hujan turun ke bumi. Bahkan jarak rumahnya dengan rumah tetangga sangat berjauhan.

Untuk berangkat sekolah, ia harus berjalan kaki menelusuri jalan beberapa kilometer. Tak jarang juga ia terpaksa melalui jalan pintas melalui kebun warga. Ia pun mengaku setip harinya berangkat sekolah saat hari masih subuh dan pulang sekolah harus kembali menyelesaikan kewajiban yang harus dikerjakannya di rumah.

Baca Juga:  Hari Bakti PU, Sekda Bali Soroti Pentingnya Sektor Infrastruktur

Ketua Harian FKRH Jembrana, Ni Putu Adel Prianti mengatakan semangat dan motivasi Komang Wahyu untuk terus bersekolah di tengah berbagai hambatan yang dihadapinya memang harus menjadi tauladan bagi generasi milenial. “Banyak anak-anak muda yang kehidupannya lebih mendukung, tapi justru malah tidak punya motivasi hidup,” ujarnya, Minggu (16/2/2020).

Sebagai bentuk kepedulian dan dukungan untuk Komang Wahyu, pihaknya menyerahkan bantuan swadaya berupa paket perlengkapan belajar, hygine kit dan makanan tambahan. “Kita harus mensuport anak-anak yang membutuhkan uluran tangan dan bagi kami adalah sosok anak yang tangguh dalam kehidupannya,” imbuhnya.

“Justru dengan pengalaman dan kehidupan yang keras di masa muda akan menjadikan sosok yang kuat diusia dewasa. Itu yang harus menjadi cerminan bagi generasi milenial,” pungkasnya. (gus/kb)

Back to top button

Berita ini dilindungi