GIANYAR, Kilasbali.com – Imbas corona atau covid 19 benar-benar dahsyat. Adat dan tradisi pun ikut terusik hingga harus menyesuaikan demi keamanan masyarakat. Demikian pula tradisi pengarakan ogoh-ogoh saat pangrupukan, kini diharapakan hanya terbatas di lingkungan banjar.
Di beberapa Desa adat pun mulai dirapatkan dan pawai yang sedianya dipusatkan di Catus Pata, kini dikembalikan ke masing – masing banjar.
Camat Ubud, Ida Bagus Suamba membenarkan penataan arak-arakan ogoh-ogoh ini. Beberapa desa adat, kata dia, telah memutuskan hal yang sama, yaitu melaksanakan pawai ogoh-ogoh di lingkungan banjar saja atau dilaksanakan pada satu titik.
“Ogoh-ogoh yang telah dibuat sekaa teruna agar diarak hanya pada lingkungan banjar saja. Kalau di Catus Pata telah dikoordinasikan oleh panitia agar ditiadakan, namun dikembalikan ke banjar masing-masing,” jelas IB Suamba, Senin (16/3/2020).
Menurutnya, langkah ini diambil guna mengantisipasi penyebaran covid-19 di kampung turis tersebut. Dengan demikian pihaknya akan berusaha agar tidak adanya kegiatan yang melibatkan banyak orang. Itu dilakukan guna mencegah penyebaran virus yang mematikan tersebut.
“Bagaimana pun juga kita harus mendukung fungsi pemerintah, bahu membahu untuk mencegah beredarnya secara luas covid-19. Pawai ogoh-ogoh tetap dilakukan, tapi di masing-masing banjar sesuai tradisi dan adat setempat. Dihindari kerumunan pada suatu titik,” ungkapnya.
Untuk memantapkan imbauan ini, Bendesa Adat se-Kecamatan Ubud sudah diajak berkoordinasi. Selanjutnya Bendesa masing-masing desa adat berkoordinasi dengan STT di wilayahnya.
“Kami berharap STT bias memaklumi dengan pawai dilaksanakan pada masing-masing banjar. Ini demi kebaikan dan kesehatan masyarakat,” pungkasnya. (ina/kb)