Gianyar

Tanpa Tukang Manyi, Petani Gianyar Kewalahan

    GIANYAR, Kilasbali.com – Sejak adanya pembatasan akses masuk Bali bagi warga pendatang, petani di Kabupaten Gianyar kini mengalami kesulitan untuk mendapatkan pekerja pemanen padi (tukang manyi) yang biasanya berasal Jawa.

    Seperti halnya Petani di Subak Uma Dawa, Desa Pejeng, Kecamatan Tampaksiring yang kini sedang memasuki musim panen. Karena sekaa manyi lokal semakin sedikit, petani pun kewalahan.

    Bendesa Adat Uma Dawa, Pejeng Kangin, Wayan Sunarta membenarkan kondisi tersebut. Di mana saat ini, ada sebagian petani sedang mulai menggarap lahan dengan traktor dan ada sebagian yang sedang panen padi.

    “Ada yang mulai kewalahan panen. Ini karena sekaa manyi sudah tidak ada lagi, sehingga petani memanen padinya dengan mandiri,” kata Wayan Sunarta, Rabu (8/4/2020).

    Baca Juga:  Rampas Mobil, Bule Rusia Jadi Bulan-bulanan Warga

    Demkian juga dengan tenaga membajak sawah dengan taraktor, biasanya sebagian tenaga kerja membajak tersebut memanfaatkan tenaga luar Bali.

    “Ini kondisi saat ini, ada sebagian petani yang kewalahan dan ada yang terpaksa digarap sendiri,” jelas Wayan Sunarta.

    Atas kondisi ini, diharapkan pemerintah bisa memberikan akses masuk bagi pekerja luar Bali yang ada pada sector pertanian.

    Baca Juga:  Pemprov Bali Serius Cegah Penempatan Pekerja Migran Indonesia Non-Prosedural

    Namun yang perlu diwaspadai adalah masuknya tenaga kerja secara besar-besaran, sehingga berebut masuk Bali.

    “Biasanya disini ada penjamin dari yang punya mesin sosoh padi. Mereka pekerja pertanian luar Bali diijinkan masuk dengan catatan ada penjamin dari penyosoh padi atau saudagar panen padi,” tuturnya.

    Kondisi tersebut tidak hanya terjadi di Subak Uma Dawa, di subak lainnya juga mengalami kondisi serupa, kekurangan tenaga.

    Disamping itu, pekerja di sector lain seperti pariwisata yang di rumahkan belum memulai untuk turun ke sawah untuk back to basic.

    “Saat ini, pekerja pariwisata yang di rumahkan di wilayah kami sudah kami anjurkan untuk ambil bagian di sector partanian, daripada mengandalkan tenaga kerja dari luar Bali,” harapnya.

    Baca Juga:  Sulinggih dan Palingsir Puri Peliatan Nyaris 'Kelem' Dihantam Ombak, Perahu yang ditumpangi Mati Mesin

    Dengan adanya turun kembali ke sawah atau tegalan, maka sector kebutuhan tenaga kerja di sector pertanian bisa tertutupi.

    “Sementara belum bekerja di pariwisata, kami ajak turun menjadi petani. Mungkin nanti mau terjun menjadi petani, karena sector ini masih membutuhkan tenaga kerja. Hanya hasilnya tidak bisa dinikmati dengan cepat,” pungkasnya. (ina/kb)

    Back to top button