GIANYAR, Kilasbali.com – Beragam upaya sudah dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat untuk menanggulangi kemacetan di Kota Wisata Ubud, namun akhirnya kandas. Terakhir, gebrakan lintas instansi menetapkan Ubud bebas parkir tidak berjalan efektif. Ketertiban parkir, hanya sempat terwujud saat bencana erupsi Gunung Agung dan kini datang Covid-19 menyambar, Ubud pun langsung lenggang dan benar-benar steril dari kendaraan parkir di pinggir jalan.
Pantauan, Kamis (23/4/2020) siang, Kawasn Ubud yang benar-benar stril dari parkir liar ini justru sangat memprihatinkankan. Karena tertib parkir ini terwujud bukan lantaran kesadaran masyarakat, melaikan akibat sambaran Pandemi Covid 19 yang dalam sekejap menjadi Ubud seperti kota mati. Di sejumlah titik kmacetan tidak lagi ad petugas dari Dinas Perhubungan, kecuali petugas kepolisian, yang kini mendaptakan tugas tambahan, yakni memperingati pengguna jalan agar memakai masker.
“Kondisi ini sudah terjadi sejak beberapa wabah corona ini. Memag masih ada beberapa wisatawan asing yang tinggal di villa-villa, itupun karen meraka menilai lebih aman di Bali dibanding di negaranya yang sudah dilanda wabah mematikan ini,” ungap adek Dwi Artinia, seorang pengurus warung makan di Jalan Raya Sambahan Ubud.
Paceklik wistawan akibat Covid-19, pun mulai dirasakan Dwi artini dan beberapa warga lainnya, telah merubaha wajah Ubud diberbagai aspek. Karena dalam situasi normal sebelumnya, keramaian di Ubud bukan disebabkan oleh warga setempat, tetapi lantaran aktivitas pariwisata mulai dari serbuan wisatawan dan para pekerja. Padahal di bulan sekarang ini adalah high seasson, di mana Ubud biasanya sangat macet.
“Kini Ubud Ubud kehilangan wisatawan dan usaha-usaha pariwisata seperti restoran, hotel dan sebagainya telah menutup operasional. Saya yang mengandalkan rezeki dari kontrak katering di hotel pun langsung drop,” terang ibu dua anak ini.
Secara terpisah, Kasatlantas Polres Gianyar, AKP Laksmi Trisna Dewi Wiryawan membenarkan hal tersebut. Kondisi seperti ini tidak hanya menghilangkan kemacetan di Ubud, tetapi juga berkurangnya para pelanggar parkir. “Hal ini terjadi karena masyarakat di Ubud jarang melakukan aktivitas di luar rumah,” ujarnya.
Kesunyian lalu lintas, kata dia, hampir terjadi di semua kawasan di Kabupaten Gianyar. Di mana kondisi ini juga menekan angka kecelakaan lalu lintas (laka lantas), meskipun tidak signifikan. Pada tahun 2019 lalu, jumlah lakalantas pada April sebanya 178 kasus, dan April 2020 ini tercatat sebanyak105 kasus. “Tapi tetap kami mengimbau supaya masyarakat selalu tertib berlalu lintas. Meskipun situasi lengang, jangan kebut-kebutan. Tetap jaga keselamatan,” tandasnya. (ina/kb)