Denpasar

Dampak Covid-19, Ekonomi Bali Minus 1,24%

    DENPASAR, Kilasbali.com – Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati melaksanakan Webinar via video conference bersama Kepala Staf Kepresidenan RI Jendral TNI Purnawirawan Dr.H Moeldoko, beberapa Pimpinan Daerah di Indonesia yang dimotori oleh Asosiasi Masyarakat Sadar Pariwisata (Masata) Bali guna membahas Reopening Pariwisata Indonesia.

    Webinar diawali dengan pembahasan Bali sebagai Destinasi Utama Wisata oleh Wagub Cok Ace, di mana seperti diketahui Jumlah kunjungan wisatawan ke Bali mencapai 40% dari total seluruh kunjungan ke Indonesia. Dijelaskan Wagub Cok Ace predikat-predikat yang disematkan untuk pulau Bali tak lepas dari daya tarik keindahan alam, keunikan masyarakat dan terpenting budaya yang masih melekat pada keseharian masyarakat Bali.

    Sektor pariwisata merupakan lokomotif perekonomian Bali, tercatat tahun 2019 merupakan tahun keemasan wisata Bali dimana peningkatan kunjungan mencapai 12 % rata-rata, bahkan perbandingan Januari 2019 dengan Januari 2020 peningkatan mencapai 20%.

    Hal ini pun disambut antusiasme pasangan Gubernur Bali Wayan Koster dan pasangan Wakil Gubernur Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati yang saat baru dilantik, yang langsung mendukung penyiapan infrastruktur penunjang wisata Bali seperti perluasan Bandara Ngurah Rai, shortcut menuju Bali Utara, tol Denpasar-Gilimanuk dan sebagainya guna menyongsong wisata Bali di tahun 2020.

    Baca Juga:  PLN Bali Siap Sambut Arus Balik, Siaga dan Waspada di SPKLU

    Peningkatan kunjungan tersebut menjadi lahan yang sangat fantastis dan Sangat menjanjikan. Jika dilihat dari fasilitas akomodasi, kamar yang tersedia di Bali sekitar 146 ribu, jika asumsi tingkat hunian mencapai 80%, Bali bisa seperti rencana tahun sebelumnya mampu menampung hingga 8,2 juta wisatawan. Namun semenjak merebaknya pandemic Covid-19, Bali yang bertumpu pada pariwisata paling terdampak, catatan BI pertumbuhan ekonomi Bali saat ini minus 1,24%, yang terburuk yang pernah dialami Bali karena 70% PDRB Bali tergantung pada pariwisata.

    Baca Juga:  Penyineban Karya IBTK Tahun 2024, Pj Gubernur Bali Nuek Bagia Pula Kerti

    Di tengah terpuruknya ekonomi Bali, Pemerintah bersama masyarakat Bali berhasil mengendalikan dan menangani penyebaran Covid19 dengan baik. Fase peningkatan penyebaran sudah terlewati, saat ini Bali sudah memasuki fase landai dimana tingkat kesembuhan sudah mulai lebih banyak daripada yang terjangkit.

    Guna membangun kembali wisata Bali, perlu memperhatikan trend pariwisata pasca Covid19. Semisal selama penyebaran wabah, masyarakat di kota-kota besar selama sekian bulan dipaksa oleh keadaan untuk melaksanakan work from home (WFH), belajar dari rumah dan pembatasan lainnya yang cenderung membuat jenuh dan perasaan tertekan karena hanya berada dilingkungan rumah.

    Hal ini pun menimbulkan keinginan baru pada masyarakat dikota-kota besar untuk dekat dengan alam, tinggal di villa-villa pedesaan, berwisata alam, yang sudah barang tentu menjadi harapan bagi sektor pariwisata.

    Baca Juga:  Polisi Boleh Ngonten di Medsos Asal Sederhana!!!

    “Bali saat ini sedang menyusun protokol kesehatan pasca Covid-19 guna menuju pariwisata baru yang akan dituju, menyongsong rencana yang sebelumnya dalam kondisi tidak normal menjadi normal dimasa yang akan datang, guna menyambut wisatawan dan reopening pariwisata Bali,” kata Cok Ace, Kamis (14/5/2020).

    Adapun 3 hal dasar yang yang menjadi perhatian Pemprov Bali dan prioritas pasca Covid yakni perhatian terhadap kebersihan, kesehatan dan keamanan. Hal ini diharapkan dapat diikuti daerah-daerah lain yang menjadi destinasi pariwisata, karena merupakan tuntutan dasar pasar sektor wisata.

    Rencana lain yang disampaikan Wagub Cok Ace dalam upaya membangkitkan wisata Bali yakni penerapan strategi sistem pembukaan lokasi wisata secara bertahap dengan sistem cluster, per slot atau perkawasan. Agar jangan sampai membuka Bali secara keseluruhan, menimbulkan masalah baru bagi Bali. (*/kb)

    Back to top button

    Berita ini dilindungi