GIANYAR, Kilasbali.com – Gejala apapun yang kini dirasakan, jangan anggap remeh dan juga jangan panik. Memang awalnya gejala ringan, hanya alami batuk ringan, tapi ternyata positif terpapar Covid-19. Ketika menjalani proses perawatan selama 14 hari, kuncinya harus ‘positif thingking’ dan jauhkan kepanikan.
Pengakuan ini disampaikan NYL (24), seorang gadis asal Kecamatan Blahbatuh, Gianyar, PMI baru balik ke Bali pada tanggal 29 Maret 2020 dari Milan, Itali. Sampai di Bali ia menjalani protokol kesehatan yang telah ditetapkan oleh pemerintah provinsi Bali.
“Sampai di Bali tanggal 31 Maret 2020 cek segala hal sesuai ketentuan, setelah itu langsung ditujukan ke hotel untuk menjalani karantina,” terangnya.
Hari pertama menjalani karantina hingga hari ke enam ia tidak merasakan gejala apapun. Namun, hari ke tujuh ia merasakan badan mulai panas dan sedikit batuk. Iapun berinisiatif untuk minum obat stok yang ia dapatkan dari pemeriksaan di kapal di tempatnya bekerja. kondisinya pun sempat membaik.
Lalu pada tanggal 10 April 2020 pagi, tiba-tiba ia merasakan batuk dan susah nafas. karena sudah tidak kuat dengan kondisinya, ia nekad untuk pulang sekitar pukul 13.00 WITA.
Ia bisa pula lantaran ditempat karantina penjagaannya saat itu tidak terlalu ketat. Selain itu saat dirapid test dirinya dinyatakan negatif.
“Di rumah, saya mengurung diri di kamar. Saat tengah malam keadaan sudah semakin parah batuk dan susah nafas, saya pun dilarikan ke RS Sanjiwani Gianyar bersama bapak saya naik motor berdua saja” jelasnya.
Lanjut itu, ia dirawat diruang ICU dipasangi infuse dan selang oksigen. Hari kedua baru memasuki ruang isolasi RS Sanjiwani.
Saat itupula dirinya tidak boleh dijenguk siapapun dan dua kali menjalani rapid test hasilnya tetap negatif. Hingga akhirnya swab test menyatakan dirinya positif terpapar Covid-19.
“Tanggal 13 April 2020 merupakan hal yang bersejarah dalam hidup ini. Saya resmi dinyatakan positif Covid-19 dan malam itu ia dirujuk ke RS PTN Unud Jimbaran,” kenangnya.
Hari pertama di RS PTN Unud Jimbaran, kondisi yang ia alami masih sama, oksigen, infuse masih bergelilit ditubuhnya.
Hari kedua ia merasakan kondisinya mulai membaik, di hari ketiga sudah lepas infuse dan alat bantu pernafasan oksigen. Saat itu yang dia ingat ia dikasi vitamin C, obat batuk, obat anti virus, dan obat berdasarkan keluhan pasien.
“Dalam ruangan isolasi, dalam satu kamar di isi 3 orang. Semua masih muda yang datang bekerja dari luar negeri dan terkonfirmasi positif Covid-19,” terangnya.
Syukurnya, saat terisolasi itu, didukung oleh suasana ruang isolasi yang hening nyaman fasilitas bagus dan ruangan gede toilet bersih dan free Wi-Fi. Perawat yang bertugas pun bertanggung jawab dan ramah-ramah.
“Mulai hari ke empat saya sudah bisa ketawa, dan hari ke ke lima perkembangan saya semakin bagus seperti orang tidak sakit. Setelah swab test ke dua dan ke tiga hasilnya Negatif baru saya diperbolehkan pulang di hari ke 16 pada tanggal 29 april 2020,” ungkapnya.
Dari pengalamannya ini, iapun berpesan kepada orang yang saat ini terkonfirmasi positif Covid-19, jangan sampai takut berlebihan, kerena positif Covid-19 bisa sembuh dengan cara jaga kesehatan pola makan diatur dan imun tubuh ditingkatkan.
Menurut yang ia alami virus itu akan mati dan turun keperut melalui kotoran. Selain itu orang yang positif Covid-19 itu jangan dikucilkan, dijauhi, tapi harus diberi support agar orangnya tidak kepikiran agar tidak stress yang bisa membuat immunity tubuh menurun sehingga proses kesembuhan menjadi lama.
“Kita harus tetap antisipatif menyongsong New Normal ini. Dengan tradisi jaga jarak, pakai masker, jaga kebersihan dan tingkatkan imun tubuh serta jaga pola makan,” pungkasnya. (ina/kb)