Ekonomi BisnisGianyarPariwisata

Gegara Pandemi Baju Barong Tak Lagi ‘Sangar’

    Baju Barong menjadi salah satu oleh-oleh khas Bali yg paling diminati wisatawan saat berkunjung ke Bali. Dari tahun 70-an hingga sekarang baju murah meriah  ini selalu ‘sangar‘ di pasar oleh-oleh. Namun, gegara pandemi Covid-19, baju barong tidak sangar atau tidak selaris dulu lagi.

    GIANYAR, Kilasbali.com – Kelurahan Beng, Gianyar, merupakan tempat kelahiran baju khas ini, sekaligus satu-sataunya sentra pengejarinnya.

    Khususnya di lingkungan Kaja Kauh, kelurahan Beng, baju barong sudah menjadi produksi rumahan selama puluhan tahun.

    Hanya saja produksi Baju Barong ini sekarang sudah lesu. Mengingat masa pandemi, karena pembeli mengandalkan wisatawan.

    Baca Juga:  Pilkada Gianyar, Tagel Bahas Koalisi

    Salah satu perajin Baju Barong, I Wayan parwata (31), Senin (24/5/2021) menyebut, di saat normal dirinya bersama keluarga bisa membuat 500 potong baju dalam sehari. Namun kini, karena permintaan menurun produksinya pun dibatasi.

    “Sekarang tidak berani bikin stok. Terlebih pesanan sangat sedikit, berbagi dengan produksi tetangga lainnya. Paling banyak produksi 4 lusin,” jelas Parwata.

    Produksi baju tersebut biasanya diorder pengepul dan sebagiannya diserahkan ke pasar seni, baik di Ubud maupun di Seminyak, Kuta. Namun kini hanya mengandalkan pesanan, itupun sedikit.

    Baca Juga:  Ini Dia Jegeg Bagus Gianyar 2024 

    Baju Barong yang diproduksi dengan berbegai ukuran mulai dari anak-anak ukuran S-M-L,XLsampai XXXL.

    Mengenai bahan baku, pihaknya mengambil di toko termasuk pewarna. Untuk pembuatan baju, disebutkan tergolong rumit dan memakan waktu.

    Prosesnya dari pemotongan kain,.menjarit, menggambar pola,mencuci. Setelah kering barulah digambar barong dan selanjutnya dicuci lagi.

    “Satu baju memerlukan tiga kali pencucian,” bebernya.

    Tambahnya, di Lingkungan Kaja Kauh, Beng, hampir semua warga memproduksi Baju Barong.

    Baca Juga:  Banyak Ditemukan Penduduk Sudah Meninggal Masih Terdaftar sebagai Pemilih

    Dirinya sudah melakoni pekerjaan tersebut sejak masih kanak-anak, sekitar 10 tahun lalu. Dia meneruskan pekerjaan dari orang tuanya.

    “Dalam situasti saat ini, kami sangat berharap kondisi pariwisata bisa kembali normal,” harapnya. (ina/sgt/kb)

    Back to top button

    Berita ini dilindungi