NasionalOpini

Anti Hoaks dan “Nyinyir”, Contoh Implementasi Pancasila di Media Sosial

    JAKARTA, Kilasbali.com – Nampaknya, membumikan Pancasila, terutama di kalangan anak muda masih menjadi pekerjaan rumah yang berat.

    Dikutip dari wawancara Kompas TV pada perayaan Hari Pancarila 1 Juni 2021, influencer Putri Patricia pernah menyampaikan bahwa ia menyesalkan karena sekarang banyak anak muda yang hanya ikut-ikut tanpa memahami esensi Pancasila itu sendiri.

    “Saya sedih anak-anak muda sekarang tidak tahu lagi apa itu Pancasila, dasar-dasar bagaimana kita sebagai makhluk sosial harus berinteraksi dengan manusia lainnya,” kata Putri.

    Hal tersebut, menurut dia, terlihat dari bagaimana generasi muda mengolah informasi melalui media sosial. Berkembangnya hoaks dan beragam komentar yang kurang berbudaya seakan menjadi hal biasa di dunia maya. Padahal, membumikan Pancasila salah satunya dengan cara berkomunikasi dan berinteraksi dengan baik antar sesama manusia.

    Dalam kesempatan lain, politikus muda yang juga mantan penyanyi cilik, Tina Toon menyampaikan bahwa saat ini mudah sekali informasi hoaks tersebar dan memicu perpecahan di masyarakat.

    “Jadi kita harus tetap memegang teguh Pancasila sebagai prinsip-prinsip dasar bermasyarakat di Indonesia. Harus tetap solid dan menjaga yang namanya gotong royong supaya masyarakat Indonesia tidak hanya hebat di mata sendiri tapi juga di mata dunia,” ujar dia, dilansir oleh Antara, Selasa (1/6/2021).

    Menurut perempuan kelahiran 1993 ini, Pancasila seharusnya bukan hanya dihafal, melainkan pula diterapkan pada kehidupan sehari-hari.

    Baca Juga:  Sekda Bali Tekankan Satpol Pendekatan Humanis dalam Menegakkan Peraturan

    “Kita ini Indonesia, kita tentu memiliki perbedaan tapi disatukan oleh Pancasila. Jadi, dalam kegiatan sehari-hari mulai dari sekolah, bekerja, hingga lingkungan interaksi sosial kita, Pancasila itu harus terus diterapkan agar masyarakat aman dan damai,” ucap politikus PDIP tersebut.

    Meski demikian, membumikan nilai-nilai Pancasila kepada kaum muda bukanlah pekerjaan yang mudah. Hal ini diakui oleh sejarawan Bonnie Triyana. Menurut dia diperlukan penyegaran mengenai cara masyarakat Indonesia memahami Pancasila, termasuk cara menyampaikannya.

    “Saya pikir cara-cara yang lebih kreatif untuk menyegarkan kembali pemahaman kita terhadap Pancasila itu menjadi hal yang penting,” kata Bonnie.

    Survei Lembaga Kajian Islam dan Perdamaian pada Oktober 2010 hingga Januari 2011 menunjukkan bahwa terdapat 25% siswa dan 21% guru yang menyatakan Pancasila tidak relevan lagi. Bahkan, 50% pelajar setuju dengan tindakan radikal. Lebih jauh, data Badan Intelijen Negara (BIN) mengungkapkan bahwa 39% mahasiswa Indonesia dari beberapa perguruan tinggi terpapar radikalisme.

    Padahal, Pancasila sebenarnya pernah dipuji oleh Imam Besar Al-Azhar Kairo, Mesir, Syekh Ahmad Muhammad Ath-Thayeb. Hal ini dia sampaikan saat bertemu dengan Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Megawati Soekarnoputri, pada Mei 2018 di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat.

    Baca Juga:  Pemkab Tabanan Gandeng Bulog, Siapkan 32 Ton untuk Operasi Pasar

    “Ideologi Pancasila terbukti mampu menjaga kerukunan dan mendukung keharmonisan antar warga masyarakat yang berbeda suku dan agama. Karena itu Pancasila perlu diadopsi di negara lain yang mengalami konflik akibat masalah ideologi,” kata Ath-Thayeb, dikutip dari situs resmi BPIP.

    Maka dari itu, bukan hal berlebihan jika pada pidato upacara perayaan Hari Pancasila 2021 lalu, Presiden Joko Widodo mengingatkan untuk mewaspadai berkembangnya ideologi trans-nasional radikal yang begitu pesat di era teknologi Revolusi Industri 4.0 ini.

    “Menghadapi semua ini, perluasan dan pendalaman nilai-nilai Pancasila tidak bisa dilakukan dengan cara-cara biasa. Diperlukan cara-cara baru yang luar biasa, memanfaatkan perkembangan IPTEK terutama Revolusi Industri 4.0. dan sekaligus Pancasila harus menjadi pondasi dalam mengambangkan IPTEK yang berkeindonesiaan,” kata Jokowi dalam pidatonya.

    Baca Juga:  Lewat Kolaborasi Lokal dan Internasional Perdana, Syrco BASÈ Gelar 'Collection I'

    Sejalan dengan Presiden, Ketua DPR RI Puan Maharani mengajak seluruh komponen bangsa menjadikan Pancasila sebagai inspirasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Puan mengatakan bahwa bangsa yang ingin menjadi besar harus berpijak pada falsafah bangsanya sendiri.

    “Kita harus yakin seyakin-yakinnya bahwa selama Pancasila masih ada di hati orang Indonesia, maka selama itu juga Indonesia akan terus ada,” kata Puan, Selasa (1/6/2021).

    Puan menegaskan, hanya dengan Pancasila sajalah persatuan bangsa Indonesia dapat diperkukuh dan dengan mengimplementasikan Pancasila itu pulalah tujuan bernegara dapat dicapai.

    “Kita hanya dapat menjadi bangsa yang besar jika kita berpegang teguh pada falsafah bangsa kita sendiri, yakni Pancasila, dan bukan menjiplak falsafah bangsa orang lain karena setiap bangsa memiliki akar sejarah dan budaya yang berbeda-beda,” ungkap cucu Bung Karno tersebut.

    Gerakan Perempuan Indonesia
    Penulis: Siti Asthina Putri

     

    Back to top button

    Berita ini dilindungi