GianyarNews UpdateSosial

Irigasi Tersumbat Longsor, Petani Gotong Royong Bersihkan Material

    GIANYAR, Kilasbali.com – Petani di tiga Subak di Wilayah Desa Belega, Blahbatuh, rupanya tidak mau menyerah. Meski bangkai pepohonan sudah ditangani Petugas BPBD Gianyar, material longsor masih menyumbat.

    Tidak ingin gagal panen, masing-masing subak pun bergotong -royong secara bergiliran. Hasilnya, air pun mulai mengalir meski belum maksimal dan masih dibayangi longsor susulan.

    Tersumbatnya irigasi ini dimulai saat hujan lebat pada tanggal 5 Desember 2021 lalu. Kemudian diperparah lagi saat hujan lebat 7 Januari 2022.

    Akibatnya, saluran irigasi induk Subak Uma Bila, Desa Belega mengalami kerusakan parah. Aliran irigasi ini juga berdampak pada Subak Pasekan Desa Belega dan Subak Pering yang keseluruhan lahan sawah mencapai 250 hektar.

    Baca Juga:  Gemarikan Cegah Stunting

    Perbekel Belega, Ketut Trisna Jaya menjelaskan pasca kerusakan saluran irigasi tersebut, langsung melaporkan ke instansi terkait.

    Diakuinya, pemerintah tidak bisa melakukan perbaikan dengan segera. Pihaknya akhirnya bertemu dengan ketiga pekaseh, Subak Uma Bila, Pasekan dan Pering untuk bersama-sama melakukan perbaikan dengan gotong-royong.

    “Perbaikan tersebut dilakukan pada awal Januari lalu dengan beberapa kali turun gotong royong,” ungkapnya.

    Baca Juga:  Pemprov Bali Bantu Pulangkan WNI dari Timur Tengah

    Dari kerja keras itu, akhirnya di akhir Januari dan Februari ini sebagian besar petani sudah bisa melakukan penanaman padi ataupun melanjutkan tahapan.

    Hanya saja, warga subak selalu was-was, bila terjadi hujan lebat dan saluran irigasi mengalami kerusakan lagi.

    Trisna Jaya juga menjelaskan secara lokasi ketiga subak berada agak di hilir, sehingga air irigasi yang didapat debitnya lebih kecil, sehingga saluran irigasi mesti terpelihara baik.

    Baca Juga:  Kawasan Bypass IB Mantra Siyut Jadi Sorga Hiburan Malam

    Dijelaskan lagi, petani sangat kesulitan beralih ke komoditas palawija seperti arahan dinas pertanian.

    “Petani lebih memilih tanam padi, sehingga mau perbaiki saluran irigasi. Kalau ke palawija warga subak berpikir pasca panen tidak laku,” ujarnya.

    Disamping itu, petani bersikukuh bahwa pada awal tahun Januari sampai Agustus menanam padi, Agustus sampai Desember barulah komoditi palawija.

    “Astungkara saluran irigasi bisa diperbaiki, namun saat hujan deras sangat rawan tertimbun lagi,” pungkasnya. (ina/kb)

    Back to top button