DENPASAR, Kilasbali.com – Pembangunan Bali berdasarkan visi ‘Nangun Sat Kerthi Loka Bali’, melalui Pola Pembangunan Semesta Berencana, menuju Bali Era Baru. Hal tersebut disampaikan Gubernur Bali, Wayan Koster, saat membuka secara virtual Fokus Group Discussion (FGD) “Bangkitkan Baliku” yang diselesanggarakan oleh Universitas Trisakti, Universitas Esa Unggul, Universitas Hindu IIndonesa, Kamis (17/2).
“Untuk mewujudkan hal tersebut, Pemerintah Provinsi Bali telah menyiapkan konsep Transformasi Ekonomi Kerthi Bali guna menyeimbangkan struktur dan fundamental perekonomian Bali guna terwujudnya Bali berdikari dalam bidang ekonomi,” katanya.
Dikatakan, perekonomian Bali saat ini didominasi oleh sektor pariwisata (56,78%), sektor pertanian (9,24%), sektor kelautan/perikanan(4,21%), sektor industri(14.63%), dan sektor lain (15,14%). Kemudian kontribusi sektor di luar pariwisata relatif kecil, bahkan berpotensi terus mengalami penurunan. Perekonomian Bali di satu pihak, sangat tergantung dan sangat rentan terhadap perubahan faktor eksternal. Di pihak lain, pertumbuhan kapasitas ekonomi Bali kurang berkembang secara optimal.
“Sektor pertanian, sektor kelautan/perikanan dan sektor industri kerajinan, belum diberdayakan secara optimal dan bahkan cenderung bergeser atau beralih ke sektor pariwisata,” jelasnya.
Lebih lanjut menjelaskan, secara eksternal, dunia telah mengalami perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi termasuk teknologi digital. Secara dinamis, masif, dan mengglobal merasuk dalam keseluruhan tatanan kehidupan masyarakat dunia. Untuk itu perlu diakomodasi dan diterapkan dalam memperkuat struktur dan fundamental perekonomian Bali. “Guna memperkuat struktur dan fundamental perekonomian Bali diperlukan suatu konsep ekonomi yang komprehensif, yaitu Ekonomi Kerthi Bali,” terangnya.
Dijelaskan, Ekonomi Kerthi Bali adalah ekonomi untuk mewujudkan Bali Berdikari dalam Bidang Ekonomi, dibangun dan dikembangkan berlandaskan nilai-nilai filosofi Sad Kerthi dengan menerapkan 11prinsip. Yakni ekonomi yang di bangun/dikembangkan dari sikap mensyukuri/memuliakan kekayaan, keunikan, dan keunggulan sumber daya lokal Alam Bali beserta Isinya sebagai anugerah dari Hyang Pencipta.
Ekonomi yang dibangun/dikembangkan sesuai potensi sumber daya lokal Alam Bali beserta Isinya. Ekonomi yang dibangun/dikembangkan oleh Krama Bali secara inklusif, kreatif, dan inovatif. Ekonomi yang dibangun/dikembangkan berbasis nilai-nilai tradisi, seni, budaya, dan kearifan lokal Bali. Ekonomi yang dibangun/dikembangkan dengan menjaga ekosistem Alam dan Budaya secara berkelanjutan. Ekonomi yang dibangun/dikembangkan untuk meningkatkan kapasitas perekonomian lokal Bali, berkualitas, bernilai tambah, dan berdaya saing. Ekonomi yang dibangun/dikembangkan dengan mengakomodasi penerapan/perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi digital.
Ekonomi yang memberi manfaat nyata guna meningkatkan kesejahteraan dan kebahagiaan Krama Balisecara sakala-niskala. Ekonomi yang dibangun/dikembangkan dengan asas gotong-royong. Ekonomi yang dibangun/dikembangkan untuk meningkatkan ketangguhan menghadapi dinamika perkembangan zaman secara lokal, nasional, dan global. Ekonomi yang menumbuhkan spirit jengah dan cinta/bangga sebagai Krama Bali.
“Sektor pertanian dalam arti luas, sektor kelautan/perikanan, dan sektor industri kerajinan rakyat di Bali memiliki potensi besar yang selama ini belum dimanfaatkan dan dikelola secara optimal. Ke depan sektor ini perlu diprioritaskan dan dikelola secara optimal agar mampu meningkatkan kontribusinya terhadap PDRB Bali. Sektor pariwisata sangat rentan terhadap berbagai gejolak yang berkaitan dengan keamanan, bencana alam, dan bencana bukan alam. Sudah waktunya Bali mengembangkan perekonomian yang tidak lagi menggantungkan pada satu kantung sektor pariwisata,” tegasnya.
Dikatakan Gubernur Koster, Bali harus mengambil pilihan mengembangkan perekonomian yang bersumber dari keorisinilan dan keunggulan sumber daya lokal meliputi Alam, Krama, dan Kebudayaan Bali sebagai sumber daya potensial pada sektor pertanian, kelautan/perikanan, dan industri kerajinan rakyat. Selanjutnya pengembangan perekonomian Bali hendaknya mengakomodasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi termasuk teknologi digital yang dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan ekonomi kreatif dan digital sesuai dengan potensi Krama Bali secara efektif, efisien, produktif, serta bernilai tambah.
“Sektor pariwisata diposisikan sebagai sumber tambahan (bonus/benefit) dalam perekonomian Bali. Sektor pariwisata harus berperan sebagai penarik (lokomotif) untuk bergeraknya sektor pertanian, kelautan/perikanan, dan industri kerajinan rakyat sehingga secara nyata memberi manfaat bagi peningkatan kesejahteraan dan kebahagiaan Krama Bali. Diperlukan arah kebijakan, pendekatan, dan prinsip untuk menata serta mengembangkan perekonomian Bali dengan struktur dan fundamental yang berbasis pada sumber daya lokal Bali, lebih berkualitas, bernilai tambah, tangguh, berdaya saing, ramah lingkungan, dan berkelanjutan,” tambahnya. (jus/kb)