GIANYAR, Kilasbali.com – Keluhan pengrajin batu bata di Desa Tulikup yang direspon Ketua DPRD Gianyar langsung ditindaklanjuti. Bangunan Pasar Ubud agar menonjolkan ciri khas Bali pun ditekankan, sehingga material lokal pun terakomodir. Salah satunya batu bata Tulikup.
Hal itu terungkap dalam rapat kerja (raker) Komisi II DPRD Gianyar dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Gianyar, Dinas PUPR Gianyar dan Unit Layanan Pengadaan (ULP) serta manajemen konsultan terkait revitalisasi Pasar Ubud.
Dari paparan Disperindag Gianyar revitalisasi Pasar Ubud tersebut dikerjakan dengan anggaran Rp 75 miliar dari DAK dan Rp 27 miliar dari dana pendamping APBD Gianyar. Rp 27 miliar tersebut dibagi untuk Rp 25 miliar untuk fisik dan Rp 2 miliar untuk perencanaan.
Komisi II DPRD Gianyar pun memberikan masukan dan saran agar nantinya pembangunan Pasar Ubud tetap menonjolkan desain khas Bali. Terlebih Pasar Ubud merupakan ikon Ubud sebagai destinasi wisata yang namanya sudah dikenal di seluruh Dunia.
Pihaknya juga mewarning agar pembangunan Pasar Ubud menggunakan material lokal, misalnya bata Tulikup produksi masyarakat Desa Tulikup, Gianyar. “Untuk ornamen atau desain style Bali di Pasar Ubud nanti harus memakai material atau bahan lokal, misalnya menggunakan bata Tulikup,” ungkap Ketua Komisi II DPRD Gianyar dari Fraksi PDIP, I Wayan Suartana, Rabu (23/2).
Lanjutnya, ada banyak hal yang perlu diperjelas terkait revitalisasi Pasar Ubud mulai dari lelang dan sebagainya. Maka dari itu pihaknya mengundang instansi terkait untuk menggelar raker. Dalam raker tersebut, Disperindag Gianyar menyampaikan bahwa manajemen konsultan sudah menyerahkan hasil perencanaan dari Dinas PUPR Gianyar. “Sekarang masih proses lelang, rencananya Februari-Maret mulak pembongkaran bangunan Pasar Ubud,” ungkap Suartana.
Sementara itu, lelang dilakukan di BPKAD Gianyar. Dan sesuai informasi yang didapatkannya jika saat ini sudah ada pemenang lelang. Pasar Ubud sendiri menampung 986 pedagang yang terdiri dari 12 toko bahan pokok, 146 toko seni, 71 los basah, 336 los bahan pokok, dan 42 los seni. Total ada 828 los ditambah 158 toko.
Ada dua bangunan yang akan direvitalisasi yakni bagian barat dan timur. Untuk pasar timur terdiri dari basement dengan luas 1,86 m2, lantai 1 seluas 2,317 m2, lantai 2 seluas 1,500 m2 dengan luas total pasar timur 3,313 m2 dan luas lantai pasar timur 3,767 m2. Kemudian luas lantai pasar barat 5,729 m2. “Ada dua bangunan, blok timur dan barat. Tapi ada jalan penghubung, baik di basement maupun di atasnya, nyambung dia,” paparnya.
Untuk basement di pasar timur, menurutnya direncanakan untuk parkir sepeda motor, sedangkan basement pasar barat akan digunakan untuk pedagang bahan pokok dan los basah, agar nantinya pada pedagang tidak lagi berjualan di area atas dan seluruhnya masuk ke dalam bangunan.
Dan karena bangunan Pasar Ubud nantinya harus menonjolkan ornamen Bali, maka pihaknya juga menyarankan untuk menggunakan tukang lokal yang tentunya benar-benar menguasai tentang pembuatan ornamen Bali.
“Dari teman-teman juga sudah menyampaikan untuk mempergunakan warga lokal dalam pembuatan ornamen Bali nantinya,” tandasnya. (ina/kb)