Ekonomi BisnisGianyar

Gupbi Patok Harga Rp 45 Ribu per Kg ke Luar Bali

    GIANYAR, Kilasbali.com – Menghindar harga babi yang parsial, Gabungan Pengusaha Babi (Gupbi) Bali, kumpulkan  puluhan pengusaha pengirim babi di Ubud. Dalam rapat tersebut disepakati harga daging babi untuk pengiriman keluar Bali mencapai Rp 45 ribu per kilogram. Sementara itu, harga babi di Bali masih bervariatif dari Rp 35 hingga Rp 38 ribu.

    Ketua Gupbi Bali, Ketut Hari Suyasa, mengungkapkan pihaknya sudah menyepakati harga bersama pengusaha pengiriman babi ke luar Bali. Dalan pertemuan di Ubud, Sabtu lalu Gupbi dan pengusaha bersepakat bahwa harga babi yang dikirim keluar daerah Rp 45 ribu. Kesepakatan tersebut berdasarkan harga dasar babi di peternakan di Bali. “Harga dasar sekitar Rp 40 ribu babi hidup di peternakan. Harga kirim hidup Rp 45 ribu,” jelasnya, Senin (4/4).

    Baca Juga:  Ratusan Musisi Lokal – Internasional Bakal Meriahkan Ubud Village Jazz Festival 2024

    Dengan harga tersebut, lanjut dia, maka ada kenaikan dari harga jual sebelumnya. Harga lama Rp 37-39 ribu. Dengan adanya kenaikan harga tersebut, pihaknya menilai sudah menguntungkan penjual babi di luar Bali. Seperti di Jakarta, harga babi potong rata-rata Rp 120-140 ribu per kilo gram.

    “Harga itu khusus pengiriman ke luar daerah. Baik ke Surabaya, Jakarta hingga Medan. Kalau harga babi di lokalan (untuk pasar Bali, red) beragam, ada yang 35, 36, 37 (Rp 37.000, red),” terangnya.

    Baca Juga:  Pemkab Tabanan Usulkan Revitalisasi Pasar Taman Sari ke Pemprov Bali

    Pihaknya berharap, harga tersebut menguntungkan para peternak di Bali. Pematokan harga juga untuk menjaga persaingan usaha yang sehat di tingkat peternak hingga penjual.

    Lebih lanjut dikatakan, ketersediaan babi di Bali belum pulih pasca-wabah yang melanda. Sementara mengenai populasi babi di Bali disebutkan belum pulih 100 persen. Syukurnya, dibandingkan daerah lain, seperti Manado dan Medan, pemulihan di Bali lebih cepat. “Dengan pemulihan peternakan yang cepat, babi dari Bali saat ini mendominasi pasaran,” terangnya.

    Sementara itu, data dari Dinas Peternakan, jumlah populasi Babi di tahun 2016 populasi mencapai 119.826 ekor, tahun 2017 meningkat menjadi 120.017 ekor, tahun 2018 mencapai 119.861 ekor, dan tahun 2019 mencapai 138.764 ekor. Tahun 2020 menurun drastis karena adanya susfek ASF yaitu sebanyak 83.316 ekor dan di Tahun 2021 populasi menjadi 87.248 ekor. (ina/kb)

    Back to top button