GIANYAR, Kilasbali.com – Tak kalah dengan minyak goreng (migor) curah yang langka dan mahal, pertalite juga langka di Gianyar. Ketika pertamax naik harga seperti minyak curah, pertalite juga sulit ‘ditemui’ di stasiun pengisian bahan bakar minyak yang ada di Gianyar.
Masyarakat kecil pun akhirnya terpaksa beralih ke barang ‘mewah’ pertamax. Kondisi ini dikhawatirkan akan memicu kenaikan harga di sektor lainnya di tengah kondisi ekonomi yang terpuruk ini.
Seorang sopir niaga di Ubud, I Wayan Bawa mengaku sangat kebingungan dengan langkanya pertalite ini. Sedangkan pertamax mengalami kenaikkan harga dari Rp 9.000 per liter menjadi Rp 12.500 per liter.
Persoalan yang dihadapinya bukan kenaikan harga tersebut. Sebab pemerintah masih memberikan solusi bagi masyarakat ekonomi menengah ke bawah masih bisa memanfaatkan pertalite yang harganya Rp 7.650 per liter. Namun pertalite malah langka. “Saya sudah mampir ke sejumlah SPBU, semuanya kompak bertuliskan habis,” ungkapnya.
Karena tidak inggi kehabisan bahan bakar hanya untuk mendapatkan pertalite yang langka, dirinya terpaksa membeli pertamax. Kondisi inipun disebutkannya menimbulkan tanda tanya. “Wajarlah kami curiga pertamax naik, pertalite justru langka. Mirip dengan minyak goreng kemasan mahal, minyak goreng curah jadi langka,” ujarnya, Senin (4/4).
Kelangkaan pertalite tersebut juga menjadi perhatian anggota DPRD Gianyar, Ngakan Ketut Putra. Pria yang menjabat Ketua Fraksi Indonesia Raya ini pun mempertanyakan kinerja pemerintah pusat terkait kelangkaan tersebut.
Seharusnya ketika menaikkan suatu harga, lanjut dia, pemerintah harusnya memastikan ketersediaan stok barang alternatif yang bisa dijangkau masyarakat menengah ke bawah. “Saat pertamax naik, pertalite justru langka. Ini yang kesulitan adalah masyarakat kelas menengah ke bawah. Jika ini tidak dikontrol, semua elemen perekonomian juga bakal ikut fluktuatif,” ungkapnya.
Dengan kondisi ini, pihaknya pun meminta agar pemerintah pusat bekerja serius, dan memastikan kelangkaan tersebut bukan permainan oknum. “Pemerintah harus menelusuri kenapa bisa langka. Jangan sampai masyarakat jadi korban permainan oknum. Apalagi di tengah kondisi perekonomian yang sulit seperti sekarang. Kasihan masyarakat. Kalau ini terjadi terus menerus, maka masyarakat akan MPP (mati pelan-pelan),” tandasnya. (ina/kb)