GIANYAR, kilasbali.com – Di tengah parsialnya harga, peternak babi di Gianyar kini dihadapkan pada pobhia Virus PMK. Kegundahan ini cukup beralasan mengingat trauma rontoknya babi di Bali akibat susfeck virus African Swine Fever (ASF) 2020 lalu.
Menjelamg Hari Raya Galungan, peternak tetap menyakini harga nani masih setabil jika semua pihak saling menjaga dan melindungi.
Ketua GUBPI Gianyar, Ketut Robi, Sabtu (21/6) mengungkapkan, GUPBI tidak akan bisa terlepas dari peran instansi terkait dalam hal ini pemerintah.
Karena itu sebagai peternak babi tetap berkoordinasi maupun meminta pertimbangan ke Pemerintah. Terlebih GUPBI tidak akan bisa terlepas dari peran isntansi terkait dalam hal ini pemerintah.
Mulai dari pembinaan ke peternak hingga 9 pengiriman ternak babi ke luar Bali. “Kita harus berparner dengan pemerintah,” ungkap Robi.
Kini sebagai antipasi stabilitas harga daging babi, pihaknya berharap kepada Pemerintah terkait untuk bisa tetap mengawasi secara intensif terhadap peternak babi di wilayah Gianyar.
Baik dalam hal penjualan maupun dalam hal pemenuhan bahan Pakan ternak yang saat ini sudah mengalami kenaikan harga. “Kondisi ini, tentunya berpengaruh terhadap harga jual beli dari daging Babi,” terangnya.
Mengenai merebaknya penyakit PMK di luar wilayah Bali yang menyerang hewan ternak khususnya sapi, kerbau dan kambing, rasa was-was juga diakui melanda peternak di Gianyar.
Karena dipastikan akan berpengaruh terhadap penjualan babi keluar wilayah Bali. Kendala yang menghambatnya, pembatasan pelintasan lalulintas ternak dan produk turunannya di Jawa Timur.
“Kami harap di sinilah Pemerintah dapat memberikan solusi awal dalam hal penjualan daging Babi keluar Bali. Setidaknya peternak tidak dirugikan akibat dari terhambatnya proses jual beli daging keluar daerah Bali,” harapnya.
Demikian pula dalam upaya pencegahan masuknya virus ke Bali, semua pihak diharapkan mengambil langkah antisipasi merebaknya virus PMK.
Rasa was-was peternak dengan ancaman Virus PMK masuk Bali, pemerintah diharapkan mengedukasi peternak terkait SOP pengendalian dan pencegahan PMK. Demikian pula menyiapkan vaksin PMK.
“Terpenting, pengawasan ketat masuknya ternak hidup di wilayah perbatasan yang belum bebas PMK oleh pihak terkait. Sehingga para peternak di Gianyar yang berpeluang terdampak virus PMK tidak resah dan dapat melakukan langkah upaya yang tepat dalam antisipasi merebaknya virus PMK di wilayah Bali khususnya Kabupaten Gianyar,” harapnya lagi.
Ketut Robi juga menekankan bahwa untuk produkfitas peternak Babi di Gianyar cukup banyak. Dan sangat mendukung peningkatan perekonomian masyarakat kecil dan menengah. Karena pemanfaatan daging babi di Bali sangat tinggi baik untuk kegiatan upacara keagamaan maupun di kalangan wisata kuliner maupun perhotelan.
“Menjelang pelaksanaan hari Raya Galungan, kami optimis bahwa harga daging babi bisa memenuhi sesuai harga kesepakatan oleh GUPBI Bali asalkan tidak terdampak oleh virus PMK,” ujarnya.
Kepada peternak babi yang ada di Gianyar , Pria asal Payangan ini minta untuk tetap optimis dan bersama – sama ikut menjaga harga daging babi ditingkat peternak.
“Upayanya dengan menyamakan persepsi untuk nilai jual daging babi di tingkat peternak. Hal ini penting untuk mengantisipasi ulah oknum yang kerap mempermainkan harga daging babi yang merugikan peternak kecil,” pungkasnya. (ina/kb)