
GIANYAR, Kilasbali.com – Kasus stunting di tahun 2013 sempat menjadi tamparan bagi Kabupaten Gianyar yang menyandang sebagai Kota Layak Anak. Syukurnya dalam beberapa tahun terakhir, berkat program percepatan penurunan stunting yang dilakukan secara sistemik, kasus stunting di Bumi Seni ini nyaris lenyap.
Dari data Dinas Kesehatan Gianyar, kasus stunting di Kabupaten Gianyar pada tahun 2013 memang cukup memperihatinkan. Sebab, dari total penduduk, sebesar 44,99 persen mengalami stunting. Hal ini dikarenakan saat itu pengetahuan terkait stunting masih kurang, dan dinilai sebagai penyakit genetik.
Akhirnya pada tahun 2018, Pemkab Gianyar, tepat di masa kepemimpinan Bupati Gianyar, Made Mahayastra, memfokuskan perhatiannya di bidang kesehatan anak pada kasus stunting. Karena, belakangan diketahui bahwa kondisi tersebut bukan semata penyakit genetik.
Dalam kajian pemerintah, hal tersebut rupanya disebabkan oleh berbagai faktor. Seperti, kesehatan dan kondisi ibu yang kurang terjamin akibat jarak persalinan yang terlalu rapat dan kehamilan di usia remaja.
Selain itu, anak yang berpotensi stunting lahir dalam pola asuh yang kurang baik, mulai dari tidak mendapatkan ASI sejak dini, tidak disusui secara eksklusif dan pemberian MPASI yang kurang memenuhi kualitas, kuantitas dan variatif.
Faktor terakhir adalah infeksi yang terjadi pada 1.000 hari kehidupan sang bayi. Kondisi ini disebabkan pola asuh, lingkungan dan higiene yang buruk, juga kemiskinan dan minimnya layanan kesehatan.
Namun hal tersebut telah berhasil diatasi melalui kegiatan Posyandu. Di mana setiap ibu hamil langsung didata dan diberikan pemahaman, serta fasilitas yang diperlukan untuk penanganan stunting, hingga akhirnya kasus stunting terus menurun.
Di tahun 2018, anak penderita stunting berkurang menjadi 12,1 persen. Lalu di tahun 2019 menjadi 11,1 persen. Sementara di tahun 2021 angkanya turun ke 5,1 persen.
Adapun kecamatan yang masih terdapat kasus stunting dan menjadi fokus Pemkab Gianyar di tahun 2022 ini, mulai dari Payangan yang mencakup tujuh desa.
Yakni, Buahan, Puhu, Bukian, Melinggih Kelod, Melinggih, Klusa, dan Buahan Kaja. Lalu Kecamatan Blahbatuh yang meliputi Desa Blahbatuh, Bedulu, Buruan, Saba dan Pering.
Kecamatan Tegallalang, meliputi Desa Pupuan, Kenderan dan Taro. Kecamatan Ubud hanya di Desa Lodtunduh. Kecamatan Sukawati di Desa Ketewel, Sukawati, Guwang dan Batuan.
Sementata itu, Kecamatan Gianyar menjadi kawasan tertinggi kasus stunting, mulai dari Temesi, Abianbase, Lebih, Bitera, Serongga, Tulikup dan Kelurahan Gianyar.
Kepala Dinas Kesehatan Gianyar, Dokter Ida Komang Upeksa mengungkapkan, stunting
Tidak semata terlihat pada ukuran fisik, tetapi lebih pada konsep bahwa proses terjadinya stunting bersamaan dengan proses terjadinya hambatan organ pertumbuhan dan perkembangan organ lainnya, termasuk otak.
“Anak yang menderita stunting, kemungkinan besar juga mengalami hambatan pertumbuhan dan perkembangan organ lainnya. Stunting menjadi indikator karena lebih mudah dan lebih dini dikenal dibandingkan dengan ekspresi hambatan organ tubuh lainnya,” ujar Upeksa.
Kini, Pemerintah Kabupaten Gianyar melaksanakan kegiatan Pemetaan dan Analisis Situasi Program Stunting. Tujuannya sebagaibdasar penentuan wilayah Lokus Stunting Kabupaten Gianyar, sehingga akan bisa ditetapkan intervensi dan upaya apa yang dilakukan guna menurunkan permasalahan stunting di Kabupaten Gianyar.
“Upaya percepatan pencegahan stunting akan lebih efektif apabila intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif dilakukan secara konvergen,” ujar Ida Komang Upeksa.
Dengan pemetaan dan analisis program stunting, akan diketahui wilayah mana saja yang kasus stuntingnya masih tinggi, sehingga akan bisa ditentukan lokus penanggulangan stunting oleh OPD terkait dan bersama-sama berupaya dalam melakukan intervensi sedini mungkin.
Melalui kegiatan ini, Ida Komang Upeksa berharap dapat memetakan permasalahan stunting di Kabupaten Gianyar, sehingga dapat memutuskan desa lokus stunting tahun 2023 serta bersama-sama berkomitmen melakukan aksi penanggulangan stunting.
“Komitmen bersama dari tingkat banjar, desa/kelurahan, kecamatan, dan kabupaten akan terbangun untuk bersama-sama melakukan aksi penanggulangan stunting. Sehingga permasalahan stunting bisa diselesaikan, dan nantinya Kabupaten Gianyar terlahir dengan generasi yang sehat, cerdas, dan berkualitas,” pungkasnya. (ina/kb)