Ekonomi BisnisGianyarSosial

Derita Petani Pupuan, Harga Jeruk Anjlok

    GIANYAR, Kilasbali.com – Sudah jatuh tertimpa tangga pula, kondisi ini pula diderita para petani di Desa Pupuan Tegallalang. Karena komoditas jeruk yang menjadi andalan petani setempat kini justru anjlok disaat biaya distribusi hasil panennya membengkak lantaran kenaikan harga BBM. Tidak hanya jeruk komoditas lainnya seperti pisang dan sayur mayur pun ikutan terjun bebas.

    Perbekel Desa Pupuan, I Wayan Sumatra mengakui, kondisi petani setempat yang kini sedang meradang ini. Disebut harga Jeruk yang ditanam di Desa Pupuan saat ini di tingkat petani Rp 4.000 per kilonya. Dari harga itu, petani sesungguhnya tidak mendapatkan keuntungan yang berarti.

    “Dengan harga Rp 4.000, petani belum menikmati keuntungan, dimana biaya pupuk terus meningkat belum lagi biaya pemeliharaan,” ujarnya, Selasa (27/9).

    Baca Juga:  40 pcs Kain Raib di Basement Pasar Rakyat Gianyar

    Sedangkan bagi petani jeruk yang di pedalaman, oleh pengepul, jeruk dihargai hanya Rp 3.500 per kilo. Sedangkan harga yang mendekati keuntungan, per kilo jeruk di tingkat petani dibeli dengan harga Rp 7.500 per kilogram.

    Dijelaskan Sumatra, pengepul juga tidak bisa berbuat banyak, mengingat ongkos angkut jeruk dari kebun ke pinggir jalan mengalami kenaikan, sehingga posisi petani ibarat simalakama.

    “Kalau tidak dijual bakal rugi banyak, dijual juga harganya merosot tajam. Posisi petani yang paling dirugikan,” jelasnya lagi.

    Baca Juga:  Pemkab Tabanan dan BPK Bali Entry Meeting

    Dalam keadaan perekonomian yang merosot ini, petani terpaksa menjual produknya. “Yang kasihan itu, petani di pelosok. Saat angkut pupuk kena ongkos mahal dan saat jual komoditi juga kena ongkos,” benarnya.

    Kondisi serupa juga terjadi dengan komoditi sayur mayur dan buah seperti pisang dan pepaya. Disebutkan, petani tidak bisa berkutik, walau hasil panen buah Pisang dan Pepaya melimpah. Dimana harga buah Pepaya per buahnya rata-rata laku Rp 1.000. Pengepul juga membayar tenaga untuk mengangkut buah dari kebun ke jalan raya.

    “Tidak banyak kebunnya yang di pinggir jalan, sebagian besar di pelosok. Beberapa ada yang diangkut dengan sepeda motor. Namun kembali juga, kalau pakai motor, harga BBM naik, ongkos angkut juga naik,” jelasnya.

    Baca Juga:  Sukseskan Pemilu Serentak 2024

    Dia menambahkan, warga Desa Pupuan yang berjumlah 7.000 jiwa, sebanyak 70% warganya adalah petani, baik bertanam Jeruk, Sayur-sayuran dan komoditi lain. “Jadi, setiap musim panen, warga kami selalu berharap harga komoditas stabil,” harapnya. (ina/kb)

    Berita Terkait

    Back to top button