Bali Memiliki Peradaban Kuat
Dari Pidato Gubernur Koster tentang Capaian Pembangunan Bali di Karangasem

KARANGASEM, Kilasbali.com – Bali memiliki peradaban yang sangat kuat dan telah diwarisi oleh leluhur Bali dengan adat istiadat, tradisi, seni budaya, dan kearifan lokal. Saat ini, hal tersebut dituangkan dalam suatu kebijakan pembangunan Daerah Bali dengan visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali, melalui Pola Pembangunan Semesta Berencana menuju Bali Era Baru.
Hal tersebut disampaikan Gubernur Bali, Wayan Koster bersama Wakil Gubernur Bali, Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati (Cok Ace) saat menyampaikan capaian pembangunan Bali 2023, di Aula Gedung Mall Pelayanan Publik Kabupaten Karangasem, Rabu (25/1). Acara itu tampak dihadiri Bupati dan Wakil Bupati Karangasem, DPRD, Camat, Perbekel, Bendesa Adat, serta Yowana se-Kabupaten Karangasem.
“Visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali digali dari nilai-nilai kearifan lokal Sad Kerthi yaitu enam sumber utama kesejahteraan dan kebahagiaan kehidupan manusia yang meliputi atma kerthi, segara kerthi, danu kerthi, wana kerthi, jana kerthi dan jagat kerthi,” kata Koster.
Agar pembangunan di Bali dapat dilakukan secara berkelanjutan, permanen, monumental dan fundamental, pihaknya telah membuat 20 Peraturan Daerah Bali, 27 Peraturan Gubernur Bali, lengkap dengan 3 Surat Edaran Gubernur Bali yang memberikan dampak produktif terhadap ekonomi dan kesejahteraan masyarakat Bali.
Adapun capaian pembangunan infrastruktur tersebut, diantaranya: Pembangunan Pelindungan Kawasan Suci Besakih di Karangasem; Pembangunan Kawasan Pusat Kebudayaan Bali di Klungkung; Pembangunan jalan shortcut Singaraja-Mengwi; Pembangunan 3 Pelabuhan sekaligus: Pelabuhan Sanur di Denpasar, Pelabuhan Sampalan di Nusa Penida, dan Pelabuhan Bias Munjul di Nusa Ceningan; Pembangunan Turyapada Tower KBS 6.0 Kerthi Bali di Buleleng; Pembangunan Bendungan Tamblang di Buleleng; Pembangunan Bendungan Sidan di wilayah Badung-Bangli-Gianyar; dan Pembangunan Tol Jagat Kerthi Bali, sepanjang 96 km, menghubungkan Gilimanuk-Mengwi.
Dalam kesempatan itu, pihaknya mengajak Bupati Karangasem, Camat, Perbekel, Bendesa Adat se-Kabupaten Karangasem untuk menjalankan Peraturan Gubernur Bali Nomor 80 Tahun 2018 tentang Pelindungan dan Penggunaan Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali serta Penyelenggaraan Bulan Bahasa Bali.
“Kita bersyukur Bali mempunyai aksara, karena aksara menunjukkan peradaban paling kuat bagi suatu bangsa dan negaranya maju tidak saja di bidang budaya, tetapi juga ekonomi. Seperti Negara China, Arab, Jepang, Korea, hingga Thailand,” ungkapnya.
Karangasem, lanjut dia, memiliki kekayaan kain tenun khas tradisional Bali yang menjadi kekuatan ekonomi kerakyatan. Untuk itu, dia menyerukan supaya Peraturan Gubernur Bali Nomor 79 Tahun 2018 tentang Hari Penggunaan Busana Adat Bali dan Surat Edaran Gubernur Bali Nomor 04 Tahun 2021 tentang Penggunaan Kain Tenun Endek Bali/Khas Tradisional Bali betul-betul dilaksanakan.
“Dengan menggunakan busana adat Bali dan kain tenun khas tradisional Bali, maka jati diri, karakter, dan identitas budaya Bali akan tampil, lalu secara ekonomi perajin hingga UMKM kita mendapat manfaat. Kita bisa check, sekarang telah berkembang IKM/UMKM, toko, fashion busana adat Bali beserta berkembang motif Endek dan Songket Bali,” kata Koster yang tampak mengenakan busana adat Bali berbahan songket Sidemen, Karangasem.
Gubernur Koster juga menyampaikan keberpihakannya terhadap Kabupaten Karangasem. Menurut dia, keberpihakan itu dilakukan secara konsisten di dalam memberdayakan ekonomi kerakyatan, sehingga Bali berdikari di bidang ekonomi melalui berbagai kebijakan.
Diantaranya: Peraturan Gubernur Bali Nomor 99 Tahun 2018 tentang Pemasaran dan Pemanfaatan Produk Pertanian, Perikanan dan Industri Lokal Bali, Peraturan Gubernur Bali Nomor 1 Tahun 2020 tentang Tata Kelola Minuman Fermentasi dan/atau Destilasi Khas Bali, Surat Edaran No 17 Tahun 2021 tentang Pemanfaatan Produk Garam Tradisional Lokal Bali, dan memfasilitasi sertifikasi Indikasi Geografis Kepemilikan Komunal Garam Amed berupa Surat Pencatatan Kekayaan Intelektual.
“Apa yang ada di alam Bali, itu harus dijadikan sumber penghidupan kita. Astungkara Bali yang wilayahnya kecil, masing-masing kabupaten/kota di Bali dianugerahi potensi dan keunggulan yang berkualitas seperti Salak Bali, Manggis Bali, Mangga Bali, Durian Bali, Beras Bali, Garam Bali, Arak Bali, Sapi Bali, Ayam Bali, hingga Babi Bali sangat dikenal sampai ada yang masuk ke pasar ekspor,” ujar Gubernur Koster seraya meminta Bupati Gede Dana beserta jajarannya untuk bergotong royong memberdayakan hasil pangan di Karangasem, seperti arak, salak, dan garam Amed. (m/kb)