DenpasarNews UpdateSeni Budaya

Sumringah Peserta Lomba Bulan Bahasa Bali di Desa Adat Pedungan

    DENPASAR, Kilasbali.com – Pelaksanaan Bulan Bahasa Bali Desa Adat Pedungan Minggu 12 Februari 2023, dilaksanakan satu hari penuh. Mengangkat 4 kategori lomba yakni nyurat Aksara Bali , membaca Aksara Bali di lontar, mesatwa Bali, dan mepidarta.

    Melibatkan sebanyak 90 orang peserta terdiri dari anak – anak sekolah dasar, sekaha teruna teruni, ibu PKK dan kelian adat dari 14 banjar se-Desa Adat Pedungan.

    Seluruh pelaksanaan lomba disebar pada lokasi yang berbeda, masing – masing di kantor lurah, jaba pura dan wantilan. Setiap kategori yang dilombakan, dipadati oleh suporter dari masing – masing sekolah dan banjar.

    Ketua Panitia Lomba, Candra Wilastra Dewi menyampaikan, lomba dilaksanakan menggunakan anggaran APBD Kota Denpasar Tahun 2023 dan APBDes Desa Adat Pedungan.

    “Ke depan kami sangat berharap ada penambahan kategori lomba serta pelibatan para lansia (wreda),” ungkapnya.

    Kegiatan lomba dibuka Jero Bendesa Adat Pedungan Gusti Putu Budiarta yang juga anggota DPRD Provinsi Bali ditandai dengan pemukulan gong.

    Baca Juga:  Identitas Kependudukan Digital Kota Denpasar

    Menurut Budiarta, kegiatan Bulan Bahasa Bali yang rutin dilaksanakan setiap tahun merupakan tindak lanjut dari PERGUB No 20 Tahun 2020 Tentang Pemuliaan Bahasa Sastra Bali.

    Atas PERGUB tersebut, selaku Bendesa adat, Budiarta mengajak seluruh warga adat mulai dari anak- anak hingga klian adat terlibat langsung dalam menjaga agar Bahasa Bali tetap ajeg.

    “Kami di Pedungan ingin juga ke depannya ada krama tamiu non Hindu yang tinggal di wewidangan desa adat bisa terlibat langsung dalam perlombaan,” pungkasnya.

    Baca Juga:  Tari Rejang Diharapkan Terus Ajeg

    Sementara itu, Kelian Adat Banjar Karang Suwung, Made Alit Wisnu Putra menuturkan, lumayan mempersiapkan diri untuk lomba pidato.

    “Jujur tiang selaku klian adat, ajang lomba niki juga proses pembelajaran dan tiang wajib memberi contoh kepada warga, karena tidak semua klian adat pasih berbahasa Bali yang sesuai dengan sor singgih base, apalagi disaat ada paruman adat,” ujarnya.

    Lain lagi cerita Nengah Marini perwakilan ibu PKK yang baru pertamakali ikut lomba mesatua Bali. “Modal tiang hanya juari, tiang baru dapat naskahnya 4 hari. Tiang latihan usai masak, itupun sambil ngasuh anak dan nyait ceper,” urainya sumringah.

    Baca Juga:  Hindari Jalur Tikus? Pengiriman Sapi Bali Diminta Satu Pintu

    Begitupun cerita salah satu dari perwakilan sekehe teruni Banjar Gladag A.A Wahyu Ningsih yang ikut dalam lomba membaca Aksara Bali di lontar. Menurutnya sebagai anak muda yang lahir diera global, bangga bisa membaca Aksara Bali yang kini masih minim peminat.

    Teruna teruni Bali yang keren itu, adalah mereka yang tidak tercabut dari akar budayanya namun tetap dengan wawasan mengglobal. Ke depan pihaknya berharap dan selalu mendapatkan kesempatan serta dukungan dari semua pihak.

    “Tiang nunas agar pembinaan lebih ditingkatkan, mengingat tidak semua sekeha teruna teruni lahir dari pendidikan sastra daerah,” pungkasnya sumringah. (mnk/kb)

    Berita Terkait

    Back to top button