JEMBRANA, Kilasbali.com – Ironi di tengah kenaikan harga beras, petani di Subak Kedua, Lelateng, Negara, Jembrana menjerit tak bahagia.
Pasalnya, harga gabah anjlok dan turun drastis. Bahkan penurunan harga terjadi hampir setiap hari dengan kisaran nilai Rp100 – 200 per hari.
“Sebulan lalu harga Rp6.000 per kilogram gabah kering di sawah. Kemudian turun harga, dan kini mencapai Rp4.800 per kilogram,” tutur seorang petani Subak Kedua, Ngurah Artika (43) saat ditemui di rumahnya di kawasan Tegal Badeng Timur, Rabu (22/2).
Menurutnya, bulan ini merupakan panen raya. Produksi gabah melimpah di Bumi Makepung. Akan tetapi, harga gabah tidak sesuai dengan harapan.
“Saya tidak tahu kenapa harga gabah terjadi penurunan di masa panen raya ini, sedangkan harga beras tetap naik. Kalau harga beras turun, itu tidak masalah. Sekarang kan harga beras tetap naik,” bebernya.
Dikatakan, anjloknya harga gabah ini tidak bisa menutup biaya produksi. Jauh dari harapan.
“Intinya para petani ingin harga gabah ikut naik juga, karena beras naik. Saya ingin tahu alasannya apa yang menyebabkan anjloknya harga gabah,” pungkasnya. (jus/kb)