DenpasarNews UpdatePendidikan

Tak Banyak Peminat, Ini Peluang Usaha di Bali

    DENPASAR, Kilasbali.com – Tak banyak peminat, namun usaha ini memiliki peluang besar di Bali. Peluang itu yakni menekuni usaha busana, khususnya busana adat Bali.

     

    Memang tak dipungkiri, Bali merupakan destinasi wisata dunia. Masyarakat pun banyak berkecimpung di industri ‘gemerincing dolar’ itu. Bahkan, peminatnya semakin meningkat dari tahun ke tahun.

     

    Dari data SMKN 3 Denpasar, jumlah siswa yang ingin melanjutkan di sektor pariwisata pada tahun 2020 mencapai 1.135 calon siswa. Sementara itu, di tahun 2021 sempat menurun menjadi 8.009 siswa. Namun di tahun 2022, kembali meningkat menjadi 1019 calon siswa.

     

    Baca Juga:  Ratusan Taekwondoin Bali Ikuti Diklat Penguji dan Kepelatihan hingga UKT

    “Memang tidak semua bisa diterima. Setiap tahun ajaran baru paling tidak lima ratus siswa yang kami terima. Karena terbatas dengan jumlah rombongan belajar,” ungkap Kepala SMKN 3 Denpasar, AA. Bagus Wijaya Putra, Jumat (7/4).

     

    Menurutnya, siswa itu umumnya melanjutkan di program studi Akomodasi Perhotelan dan Tata Boga. “Kami memiliki empat jurusan. Yakni Akomodasi Perhotelan, Tata Boga, Tata Busana, Kecantikan,” ujarnya.

    Baca Juga:  Gathering Bali Fashion Trend 2024 Pamerkan Karya 12 Desainer

     

    Namun, lanjut dia, Tata Busana dan Kecantikan minim peminat. Bahkan, cenderung menurun. Padahal, menurut dia, peluang bekerja dan berwirausaha sangat tinggi di dua jurusan ini.

     

    Lulusan dari jurusan ini, kata dia, mudah mencari pekerjaan maupun berwirausaha. “Kemarin di tahun 2021 jumlah siswa yang melanjutkan di Tata Busana hanya 42 orang, kemudian menurun di tahun 2022 menjadi hanya 30 siswa,” tuturnya.

     

    Dia mencontohkan, untuk Tata Busana bisa membuka usaha sendiri di rumah. Bahkan, berpeluang menjadi fashion desainer. Namun, jelas dia, banyak yang beranggapan bahwa melanjutkan di jurusan Tata Busana itu hanya untuk belajar menjahit baju. Padahal itu hanya pengetahuan dasar.

    Baca Juga:  Atlet Tarung Derajat Jatim Latih Tanding ke Bali, Bambang Haryo Soekartono Kecewa

     

    Kata dia, siswa diajari berbagai pengetahuan bisnis, dan juga kreativitas dalam setiap karyanya. “Busana di Bali sangat dibutuhkan oleh masyarakat lokal. Misalnya busana adat Bali kebaya. Itu ongkos jahitnya terkadang lebih mahal dari kainnya. Misalnya beli kain Rp150 ribu, ongkos jahitnya mencapai Rp300 ribu,” pungkasnya. (jus/kb)

     

     

    Back to top button