DenpasarNews UpdateTokoh

Ini Kisah Hidup Gubernur Bali Wayan Koster

    DENPASAR, Kilasbali.com – Gubernur Bali Wayan Koster menggelar acara ‘Gubernur Menyapa’ di SMAN 1 Denpasar (Smansa), Jumat (26/5). Kedatangan Wayan Koster ke sekolah ini sambut antusias para siswa dari SMAN yang ada di Kota Denpasar. Para siswa mengajak gubernur asal Sembiran ini berselfie ria.

    Dalam kesempatan itu, Wayan Koster dihadapan para siswa menuturkan kisah masa kecilnya yang berada di garis kemiskinan. Kendati dalam keadaan kurang mampu, Koster mendaku membuat mentalnya pupus untuk berjuang ke luar dari garis kemiskinan.

    Dia mengaku rajin belajar sampai mendapat juara umum sejak duduk dibangku SD, kemudian melanjutkan di SMP Bhaktiyasa Singaraja, dan SMA Negeri Singaraja. Tak hanya itu, dia mendaku juga aktif berorganisasi sebagai OSIS dan aktif megambel.

    Sebagai anak yang berbakti kepada orang tua, dan membantu meringankan beban hidup keluarganya, Koster mengungkap bahwa dia ulet bekerja meburuh numbeg (nyangkul), meburuh naikin pasir ke truk di Tejakula, nanggala (membajak sawah), hingga menjual daun pisang.

    Usaha yang dia lakukan pun tak sia-sia. Bermodal kecerdasan dan pengetahuannya yang mumpuni di bidang ilmu matematika, kimia, fisika, dan biologi, dia nekat menuntut ilmu ke Perguruan Tinggi Negeri ternama di Indonesia, yaitu di Institut Teknologi Bandung (ITB).

    Kebiasaan hidup mandiri sejak usia kecil mencari pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidup, terus dijalani saat menjadi mahasiswa di ITB. Dia mengaku menjadi guru les privat matematika ke rumah – rumah yang ada di Kota Bandung, sembari aktif menjadi aktivis mahasiswa dan lulus pada tahun 1987 dengan gelar sarjana matematika.

    Seusai meraih gelar sarjana, akhirnya Wayan Koster meniti karirnya di dunia pemerintahan dengan bekerja sebagai tenaga honorer sampai menjadi PNS di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

    Baca Juga:  Pengolahan Sampah Modern, Gianyar Belajar ke Surakarta

    Saat itu, dia juga menjadi dosen tidak tetap di Universitas Tarumanegara, Universitas Pelita Harapan, Universitas Negeri Jakarta, dan STIE Perbanas dengan memberi mata kuliah Kalkulus I, II , II dan IV, Ilmu Statistik hingga Metode Riset.

    Setelah berkiprah di dunia pemerintahan dan menjadi dosen, Wayan Koster malah berani mengambil keputusan mundur menjadi PNS, untuk memulai karier di dunia politik menjadi kader PDI Perjuangan dan tahun 2004 maju hingga lolos menjadi Anggota DPR – RI dari Fraksi PDI Perjuangan di Komisi X yang membidangi pendidikan, kebudayaan, pariwisata, dan olahraga.

    Saat duduk sebagai Anggota Komisi X DPR – RI, dia berjuang melahirkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, sehingga guru sekarang memiliki tunjangan profesi satu kali gaji pokok, dan guru besar mendapat tunjangan profesi satu kali gaji pokok, serta dua kali tunjungan kehormatan dari gaji pokok dengan harapan mampu menciptakan generasi bangsa yang cerdas, berbudi pekerti luhur, berbakti kepada bangsa, dan negara Indonesia.

    Baca Juga:  Angin Kencang Sebabkan Gangguan Layanan Perumda TAB

    Setelah terpilih kembali menjadi Anggota DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan pada Pemilu tahun 2009 dengan meraih 185.901 suara, dan terpilih kembali untuk masa jabatan ketiga di DPR RI pada tahun 2014 dengan memenangkan 260.342 suara atau tercatat dalam sejarah politik sebagai satu – satunya Anggota DPR RI dari Bali yang berhasil meraih suara terbanyak nomor satu di Bali dan terbanyak ketiga secara nasional. Kemudian, ketika pada Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Bali tahun 2018, Wayan Koster terpilih menjadi Gubernur Bali dengan perolehan suara 57,68 persen.

    Dalam kepemimpinannya di Pemerintah Provinsi Bali, dirinya menjalankan visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali melalui Pola Pembangunan Semesta Berencana menuju Bali Era Baru. Dalam visi tersebut, dia melakukan penguatan dan pemajuan kebudayaan Bali, karena budaya merupakan kekuatan utama Bali.

    Menurutnya, Bali tidak punya punya sumber daya alam, seperti minyak, gas, batubara, emas, Bali hanya punya budaya. Maka Bali harus betul-betul dikelola dengan baik dan menjadikan budaya sebagai haluan pembangunan, hulunya pembangunan, agar budaya terjaga dengan baik sekaligus memberi penghidupan bagi masyarakat. “Budaya Bali sudah teruji sejak berabad – abad yang diwariskan oleh para leluhur, sampai Kita bisa eksis di era saat ini,” ujarnya.

    Baca Juga:  Dukung UMKM Go Digital, Primakara University Tingkatkan Rasio Kewirausahaan di Bali

    Gubernur Bali mengajak seluruh siswa SMA sebagai generasi penerus untuk mewarisi, menjalankan, melestarikan, dan memajukan kebudayaan Bali sebagai kehidupan.

    “Itulah sebabnya saya mengeluarkan kebijakan, diantaranya memuliakan desa adat, hari penggunaan busana adat Bali, memuliakan bahasa, aksara, dan sastra Bali, menyelenggarakan bulan bahasa Bali, menciptakan keyboard aksara Bali, pelindungan danau, mata air, sungai, dan laut, pembatasan timbulan sampah plastik sekali pakai, pengelolaan sampah berbasis sumber, pariwisata budaya, berkualitas, dan bermartabat, bangga produk lokal Bali, dan penggunaan endek Bali,” jelasnya.

    Dalam kesempatan itu, Koster berpesan kepada siswa, dan meminta agar belajar dengan baik dan tekun. “Adik – adik harus bersyukur di era sekarang dalam menempuh pendidikan sudah diberikan sekolah yang nyaman lengkap dengan buku, perpustakaan, dan laboratorium. Untuk itu, raihlah prestasi yang setinggi – tingginya yang akan menjadi bagian hidup adik – adik di masa yang akan datang, dengan pendidikan dan prestasi yang bagus, maka Kita akan mampu bersama menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk membangun bangsa dan negara Indonesia. Jadilah anak yang tertib, disiplin, dan penuh dengan rasa tanggung jawab, jauhi narkoba serta menjadi pribadi yang berbudi pekerti luhur,” pungkasnya. (jus/kb)

     

    Back to top button