DenpasarNasionalNews Update

Merawat Kebhinekaan di Era Digitalisasi

    DENPASAR, Kilasbali.com – Di era digitalisasi yang semakin berkembang pesat dengan kemudahan mengakses internet, berbagai informasi dengan mudah kita dapatkan dengan hanya bermodal telepon pintar (smartphone).

    Adanya internet, mampu memangkas jarak, ruang, dan waktu khususnya dalam berkomunikasi. Mendekatkan yang jauh, sedangkan yang dekat menjadi lebih akrab.

    Tak hanya itu, perkembangan internet yang menyediakan media sosial (medsos), memudahkan kita berinteraksi langsung dengan seseorang yang kita inginkan, hingga orang yang tidak kenal sekalipun.

    Berbagai informasi pun disajikan dalam medsos ini. Tak hanya sisi positif, informasi negatif pun sering kita jumpai dalam dunia maya ini. Bahkan, itu sangat sulit dibedakan.

    Baca Juga:  Aspirasi Banteng Tabanan Soal Bacagub, Antara Koster-Giri dan Koster-Ace

    Tak terkecuali di Bali yang mengandalkan sektor pariwisata sebagai penggerak perekonomian, juga terdampak dengan adanya informasi negatif di media sosial.

    Salah satunya viralnya video vulgar wisatawan asing yang sangat disayangkan semua pihak. Karena itu mencoreng citra positif pariwisata Bali yang mengusung tagline ‘pariwisata budaya’.

    Bali terkenal bukan karena sumber daya alam, tetapi Bali terkenal karena kekayaan, keunikan, keunggulan adat, tradisi, seni budaya, kearifan lokal, hingga keramah-tamahan masyarakatnya.

    Bali tidak seperti daerah lain yang memiliki sumber daya alam seperti gas maupun batubara, dan juga tidak memiliki perkebunan kelapa sawit.

    Baca Juga:  Bale Saka Enam di Kerambitan Kebakaran saat Pemiliknya Terlelap Tidur

    Bali juga merupakan pulau kecil dengan luas sekitar 5.590,15 km2, jumlah penduduk 4,3 juta lebih terdiri atas 8 kabupaten dan 1 kota, 57 kecamatan, 636 desa dan 80 kelurahan.

    Dari jumlah penduduk itu, hampir 80 persen lebih menggantungkan hidup dari sektor pariwisata. Kendati tak berkecimpung di gemerincing dolar, namun jika terjadi apa-apa, maka semua orang bakal terkena imbas karena saling berkaitan.

    Misalnya saat pandemi kemarin, pariwisata Bali mati suri. Perekonomian pun anjlok drastis hingga titik terendah -9 persen, terendah di Indonesia.

     

    Ketua AMP NKRI Semeton Bali, Ni Ketut Mira Andayani, SH. foto/amp/dok

    Bijak Bermedia Sosial

    Nah, di Hari Kelahiran Pancasila yang diperingati setiap 1 Juni ini, bijak bermedia sosial menjadi salah satu langkah kita dalam merawat kebhinekaan di era digitalisasi ini.

    Baca Juga:  Viral Istri Diselingkuhi Malah Jadi Tersangka di Medsos, Begini Penjelasan Kapendam Udayana dan Kabid Humas Polda Bali

    Di Hari Kelahiran Pancasila ini, mari kita ‘banjiri’ media sosial dengan mengunggah konten tentang ragam kekayaan seni, budaya, dan adat istiadat yang ada Nusantara.

    Langkah ini sebagai salah satu upaya untuk merawat kebhinekaan di era digitalisasi ini. Saring sebelum sharing, dan pastikan itu tidak mengandung unsur suku ras dan agama (sara), yang berpotensi memecah belah persatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

    Oleh: Ketua AMP NKRI Semeton Bali, Ni Ketut Mira Andayani, SH

    Back to top button

    Berita ini dilindungi