Panen Raya dan Pentas Budaya di Subak Wongaya Betan

TABANAN, Kilasbali.com – Desa Mengesta, Kecamatan Penebel, Tabanan, menggelar panen raya, di Subak Wongaya Betan, Sabtu (17/6/2023). Panen raya padi lokal bali tersebut dihadiri oleh Kementrian Pertanian, Kemenparekraf, Pemkab Tabanan dan Masyarakat Sadar Wisata (Masata).
Panen raya padi lokal bali tersebut juga dirangkai dengan pentas budaya, yang diinisiasi oleh Masata. Yang menggambil tema Dengan Adat dan Subak yang Terjaga, Kelestarian Budaya dan Ketahanan Pangan Dapat Terlindungi.
Pada kesempatan tersebut Plt Kepala Desa Mengesta, Putu Ratnawati menjelaskan, hasil panen raya kali ini mencapai 5 hingga 6 ton per hektare. Ke depan, hasil pertanian di Desa Mangesta yang sudah merambah pasar ekspor, diproyeksi meningkat hingga 10 ton per hektare. Guna mendukung itu, pihaknya akan mengoptimalkan 323 hektare lahan pertanian yang ada di Desa Mangesta. Tidak sebatas fokus di pertanian, Mengesta saat ini juga serius menggarap potensi wisata.
“Dengan berhasilnya mempertahankan hasil panen dan kegiatan pariwisata yang senantiasa menjaga adat dan subak, maka kelestarian budaya dan ketahanan pangan dapat terlindungi,” ungkapnya.
Kepala Biro Perencanaan Kementerian Pertanian Republik Indonesia, Dr. I Ketut Kariyasa di tempat yang sama mengapresiasi komitmen warga Desa Mengesta dalam menjaga kebersinambungan aktivitas pertanian. Komitmen itu sangat diperlukan, utamanya di tengah ancaman krisis pangan dunia.
“Ini keberhasilan dari kelompok tani disini, bagaimana dia memproduksi beras, pangan yang produktivitasnya sangat baik, sampai 6 ton, ini mohon juga dipertahankan, termasuk juga sektor pertanian mempunyai peran penting dalam penyediaan tenaga kerja,” ujarnya.
Kariyasa mengakui, aktivitas pertanian memiliki multiplier effect yang signifikan. Selain menjamin ketersediaan pangan, kegiatan tani disebut menjadi salah satu sektor dengan tingkat penyerapan tenaga kerja yang sangat tinggi. “Sampai saat ini hampir 30 persen dari tenaga kerja yang bekerja itu ada di sektor pertanian, 40 juta jiwa dan terbesar,” katanya.
“Bahkan ketika pandemi Covid-19, teman-teman kita yang kurang beruntung, yang kena pemutusan hubungan kerja, dia pulang ke kampungnya, tidak ada pilihan selain bekerja di sektor pertanian,” imbuhnya.
Sementara itu Adyatama Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, Dadang Rizki Ratman menyatakan, pihaknya konsisten mendukung desa di Tanah Air mengembangkan potensi wisata yang ada. Bahkan pengembangan desa wisata akan sangat sempurna ketika dapat dikolaborasikan dengan potensi pertanian.
“Jadi saya titipkan Desa Mengesta ini, agar kompak antara pelaku usahanya, masyarakatnya, pemerintah di tingkat desanya, semua kompak, untuk pariwisata berkelanjutan. Pariwisata berkelanjutan memiliki tiga dampak, yaitu ekonomi, sosial budaya, dan pelestarian lingkungan hidup,” sebutnya.
Bupati Tabanan yang diwakili oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Tabanan, I Gede Susila menegaskan, pemerintah daerah berkomitmen mendukung berbagai aktivitas masyarakat desa. Dukungan itu diejawantahkan dengan penyediaan infrastruktur serta akses yang memadai dan layak.
“Kenapa infrastruktur ini dipenuhi oleh Bapak Bupati, tujuannya untuk memperlancar arus perekonomian. Hasil-hasil pertanian masyarakat ini lancar dibawa kemana mestinya, sehingga ini mempengaruhi atau mengurangi biaya di bidang pengangkutan dan pemasaran pertanian,” katanya.
“Saat ini sudah 94 persen dari jalan kabupaten, kota, provinsi yang di Tabanan ini sudah mulai diperbaiki. Mudah-mudahan tahun ini dengan anggaran yang cukup kita bisa 100 persen, jalan kita sudah mulus,” lanjutnya.
Pada kesempatan tersebut turut diserahkan laporan ilmiah tentang titik nol Pulau Bali. Penyerahan dilakukan Sekjen DPP Masata, Andi Azwan kepada Sekda Kabupaten Tabanan I Gede Susila.
Andi Azwan menjelaskan, laporan ilmiah itu merupakan hasil penelitian dari Badan Informasi Geospasial Republik Indonesia. “Di Desa Wongaya Betan, di depan kita persis, di depan saya ini, lurus ada pohon di sana itu, itulah titik nol dari Pulau Bali tercinta kita ini,” tegasnya.
“Jadi secara akademis, sudah ada laporan disini, kami serahkan kepada pemerintah daerah, untuk bagaimana dibuatkan suatu monumen di sini, yang nantinya akan dijadikan salah satu daerah tujuan wisata untuk kita semua,” sambung Andi Azwan.
Andi Azwan lebih lanjut mengatakan, Mengesta memiliki modal lengkap untuk menyandang status desa wisata. Pertanian sebagai aktivitas utama masyarakat, semakin kuat ketika dibackup potensi wisata. Kedua hal itu diakui bakal berimplikasi terhadap taraf perekonomian warga sekitar. “Sehingga perekonomian, khususnya Desa Mengesta dapat tumbuh dan menjadikan kesejahteraan bagi masyarakat Mengesta, khususnya di Wongaya Betan,” pungkasnya.