GIANYAR, Kilasbali.com – Aplikasi ribet, jumlah eksportir di Gianyar malah turun. Ini terjadi lantaran sebagian besar tidak ingin ribet dengan update aplikasi dan memilih nebeng di usaha lainnya.
Kondisi ini diakui oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Gianyar. Bahkan angkanya disebutkan jauh berkurang dari saat belum adanya pandemi. Yang awalnya jumlahnya mencapai ratusan kini hanya masih puluhan eksportir.
Penurunan jumlah eksportir ini disebabkan karena sejumlah faktor. Seperti perubahan aplikasi dari versi pertama ke versi kedua. Menurutnya hal ini membuat para eksportir menjadi enggan mengurusnya.
“Mereka menjadi enggan mengurus, padahal versinya menjadi lebih mudah,” ungkap Kabid Perdagangan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Gianyar, Dewa Ayu Putra Budiati, Senin (26/6).
Untuk mensiasati hal tersebut, kemungkinan para eksportir menumpang pada eksportir lainnya seperti Cargo.
Hal ini dinilai lebih simpel karena mereka tinggal menerima hasil, tidak ingin ribet mengurusnya. “Perubahan aplikasi ini akibat dampak dari pandemi Covid-19,” terangnya.
Sementara, terkait barang yang menjadi komoditi ekspor di Gianyar, yang mendominasi masih handicraft. Seperti perak celuk, kerajinan kayu, dan jimbe.
“Perak celuk masih lancar, namun tidak melakukan ekspor secara partai besar. Namun rutin,” ujarnya.
Terkait kendala para eksportir, Putra Budiati mengatakan lemotnya internet atau aplikasi yang digunakan. Sebab satu aplikasi tersebut digunakan oleh seluruh Indonesia.
“Jadi kendalanya agak lelet karena digunakan seluruh Indonesia. kalau yang lain terkait teknis pengerjaan atau bahan baku, itu ranah perajinnya,” terangnya.
Tujuan ekspor cenderung ke Amerika, Cina dan Eropa. Namun pihaknya menegaskan hanya memiliki kewenangan dalam administrasi Certificate of Original (COO).
Sementara total barang yang diekspor tahun 2022 sebanyak 25,660,149.63 dan tahun 2023 hingga bulan Juni baru menyentuh angka 2,724,366.36. (ina/kb)