Ekonomi BisnisGianyarSeni Budaya

Limbah Kayu Pesisir Jadi Berkah

GIANYAR, Kilasbali.com – Sampah kiriman hulu sungai di pesisir pantai, tidak semua menimbulkan masalah. Di pesisir Gianyar sebagian limbah berupa potongan kayu justru menjadi berkah. Terlebih produk kerajinan recycling kini sedang tumbuh pesat, sehingga bahan baku dari limbah pun bernilai ekonomis.

Pantauan, di Pantai Gumicik, Selasa (10/7), sejumlah warga pesisir terlihat antusias membersihkan sampah kiriman hulu sungai. Kini, sampah atau limbah  yang didominasi plastik dan kayu ranting ini dipilah. Terlebih dua jenis limbah ini kini bernilaI ekonomis. Terutamanya limbah kayu atau ranting yang diburu oleh pengrajin patung recycling.

Salah seorang pegiat lingkungan dan koordinator nelayan Pantai Gumicik, Wayan Puja menyebutkan sampah yang datang dari laut seakan tidak pernah habis. Dipungut paginya, esok paginya penuh sampah lagi.

Baca Juga:  PUPR Gianyar Inventarisasi Jembatan Jebol Singakerta

Lalu, Nang Uja menyiasati sampah dengan pemilahan, sampah plastik dan sampah kayu. “Sampah plastik kami kumpulkan dalam kampil, begitu juga dengan sampah potongan kayu,” jelas Nang Uja. Sedangkan kayu-kayu yang besar ada yang dipakai kayu bakar atau dikumpulkan untuk renovasi kandang sapi.

Bersyukurnya, saat pengumpulan potongan kayu tersebut, ada perajin dari Desa Tegalalang memesan potongan kayu untuk kerajinan tangan. “Lalu saya ajak nelayan di sini memungut potongan kayu di pantai. Rata-rata mereka mendapat 10 kampil ukuran 100 kg per harinya,” jelas Nang Uja.

Dikatakan lagi, selain sekitar 20 nelayan, anak-anak muda pegiat lingkungan juga ikut memungut potongan kayu, sehingga selain bernilai ekonomis juga pantai menjadi lebih bersih.

Baca Juga:  Tujuh Desa di Gianyar Zona Merah Ancaman Ketahanan Pangan

“Ya, manfaatnya dobel, ada nilai ekonomis dan ada nilai lingkungan,” tambah Nang Uja. Dimana untuk setiap kampilnya dibeli perajin dari Tegalalang Rp 20.000 sampai Rp 25.000, tergantung jenis potongan kayu.

Disebutkan, perajin tersebut akan membuat semacam patung Kuda, Gajah, Singa atau bentuk lain yang ditata dari potongan kayu.

Nang Uja juga berharap, perajin di daerah lain ikut memproduksi kerajinan dari potongan kayu, sehingga warga pantai khususnya nelayan yang tidak melaut, mendapat uang dapur. Apalagi kegiatan memungut potongan kayu juga diikuti anak-anak sekolah.

Baca Juga:  Bersihkan Udara Ubud, Parta Pimpin Penyemprotan Eco Enzyme

Disisi lain, Koordinator Balawista Gianyar, Made Join Hermanto, menjelaskan BMKG sudah memberikan peringatan dini, bahwa aktivitas warga di pantai dilarang. Dimana gelombang setinggi 2 meter terus berlangsung sampai pekan nanti.

“Sepanjang perairan Gianyar, dipasang bendera merah, artinya larangan beraktivitas bagi warga di pantai,” jelas Hermanto.

Sedangkan hanya 4-5 nelayan yang nekat melaut, namun hasil tangkapan sangat sedikit. “Sepanjang perairan terus diawasi, siaga 1 dari pagi sampai malam,” tutupnya. (ina/kb)

Berita Terkait

Back to top button