GianyarSeni Budaya

Waspada Ombak Pasang, Petugas Gabungan Siaga Atensi Prosesi Nangluk Merana di Pantai Lebih

    GIANYAR, Kilasbali.com – Puluhan Petugas Gabungan dari Polairud dna Balawista BPBD Gianyar disiagakan di Kawasan Pantai Lebih untuk memastikan kelancaran prosesi Nangluk Merana, Selasa (12/12).  Menyusul ombak di Pantai Lebih yang sulit diprediksi dan bahkan sempat pasang.

    Pantauan sejak Selasa dinihari, ribuan umat sudah memadati Pantai Lebih serangkaian persembahyangan Nangluk Merana. Puncak upacara berlangsung sekitar Pukul 09.00 Wita yang difasilitasi oleh Pemkab Gianyar, mulai dari sarana upakara hingga pengamanan.

    Selain bersembahyang, mereka juga datang untuk mencari tirtha segara untuk dipercikan di pekarangan rumah. Dibantu juga oleh pihak kepolisian Polres Gianyar dalam menjaga lalu lintas di By Pass Prof Ida Bagus Mantra.

    Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Gianyar, I Gusti Ngurah Dibya Presasta mengatakan, ombak cukup ganas di pagi hari dari pukul 07.00 sampai 10.00 Wita. Setelah itu, ombak landai dan air laut surut. Meski demikian, pihaknya tetap meminta agar umat tak terlena, karena sewaktu-waktu ombak bisa meninggi.

    Baca Juga:  Roadshow, Wisnu Temui Sulinggih dan Aktif di Medsos

    Dikarenakan dalam prosesi nangluk merana ini, ada rangkaian umat harus menghaturkan persembahan ke laut dari pesisir pantai, maka pihaknya pun menyiagakan tim Balawista. “Kita kerahkan 25 orang petugas Balawista. Mereka standby di lokasi sampai selesai,” ujarnya.

    Kasat Polairud Polres Gianyar, AKP Gede Endrawan mengatakan, pihaknya juga melakukan pengamanan upacara nangluk merana ini. Dan, selama prosesi berlangsung, semuanya berjalan kondusif.

    “Kami sempat waspada, karena sebelum jam 10, ombak cukup ganas. Namun beruntung, di atas jam tersebut ombak tenang, angin sepoi-sepoi sehingga umat bisa melaksanakan upacara nangluk merana secara khusyuk,” terangnya.

    Baca Juga:  PPDB 2024 di Gianyar Nihil Siswa Tercecer, Dewan Apresiasi Pj Bupati

    Memang, di akhir tahun merupakan bagian dari kondisi alam di ‘sasih keenem’ atau bulan yang dianggap keramat oleh umat Hindu di Bali. Dimana di sasih ini, alam sedang tidak bersahabat untuk umat manusia beserta tumbuhan. Sebab, ketika tidak turun hujan, matahari bersinar sangat terik. Sementara ketika hujan, hujan akan turun sangat lebat disertai angin kencang.

    Baca Juga:  Tabanan Jadi Tuan Rumah KTNA Nasional 2024, 3.000 Peserta Diperkirakan Hadir

    Hal ini menyebabkan banyak masyarakat yang jatuh sakit, bencana alam serta rusaknya tanaman petani. Dalam mitologi Hindu, situasi ini terjadi karena ulah I Gede Mecaling seorang raja di Nusa Penida yang suka mencari tumbal.

    Namun secara faktual, sasih keenam ini jatuh pada siklus pancaroba, yakni peralihan antara musim kemarau ke musim penghujan.Namun terlepas dari mitos maupun fakta, umat Hindu di Bali secara rutin menggelar nangluk merana, yaitu upacara yang bertujuan agar umat dihindari dari marabahaya. (ina/kb)

     

    Back to top button