GianyarPariwisata

Rasakan Konsep Tri Hita Karana The Royal Pita Maha dan Taman Dedari, 24 Mahasiswa Magister Manajemen FEB Unud Terhipnotis

    GIANYAR, Kilasbali.com-Sebanyak 24 mahasiswa Magister Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana (FEB Unud) angkatan 2024, melakukan kunjungan inspeksi ke dua destinasi wisata terkenal di Bali, yaitu The Royal Pita Maha dan Taman Dedari sebagai objek wisata ikonik dengan kemegahan patung batu.

    The Royal Pita Maha yang terletak di Jalan Raya Desa Kedewatan, Kecamatan Ubud, Gianyar ini, merupakan salah satu resor mewah yang menggabungkan keindahan alam dengan warisan budaya Bali. Resor ini berdiri di atas lahan seluas 18 hektar yang menghadap ke lembah Sungai Ayung, sehingga memberikan pemandangan yang menakjubkan dan suasana yang tenang bagi para pengunjung, baik wisatawan domestik maupun mancanegara.

    Sementara itu, Taman Dedari merupakan salah satu tempat wisata yang lokasinya juga berada di dekat The Royal Pita Maha. Kata Dedari sendiri bermakna bidadari. Nama tersebut diambil dari legenda Resi Markandeya yang melihat turunnya bidadari di Sungai Ayung yang tidak jauh dari Taman Dedari.

    Mereka sangat terpukau dan terhipnotis melihat tempat wisata ini yang baru secara resmi dibuka pada Sabtu, 9 Januari 2021 lalu. Pengunjung dapat menyaksikan atraksi, berupa patung berukuran besar di Taman Dedari. Sang pendiri, adalah Prof. Dr. Tjokorda Gde Raka Sukawati, SE., MM., yang juga Dosen FEB Unud, sekaligus Owner The Royal Pita Maha yang dirancangnya sendiri.

    Pada tahun 1999, Ia mengawali pembuatan resort ini dengan meditasi, memohon keselamatan dengan upacara adat Bali. Bertekad ingin mempertahankan arsitektur budaya Bali, Tjok De sapaan akrabnya itu, membangun resor melalui sebuah konsep filosofi Bali yang disebut Tri Hita Karana, atau konsep tiga hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia lainnya, dan manusia dengan lingkungan untuk mencapai keselamatan dan kedamaian alam semesta. Dengan ideliasme sebagai seorang undagi (arsitek) Bali, maestro ini mendesain letak bangunan, menata jalan berundag-undag, mempercantik, memoles dengan bunga-bunga tropis, dan mengukir batu-batu paras yang berada di tebing curam.

    Baca Juga:  Pungut Anjing Liar, Seorang Wisatawan Kanada Malah Tergigit Rabies

    Alhasil, dengan bantuan sekira 1.500 orang pekerja, pada tahun 2004 The Royal Pita Maha Ubud akhirnya rampung. The Royal Pita Maha merupakan property hotel bintang lima terbaru yang berlokasi di Ubud dan termasuk dalam jajaran management dari Tjampuhan Hotel dan Pita Maha Resort Groups.

    Hotel ini sebenarnya terletak pada lereng perbukitan lembah sungai Ayung yang terkenal dengan pemandangan sungai, sehingga sangat menyatu dengan suasana alamnya yang indah. Arsitektur The Royal Pita Maha didesain dengan menggabungkan konsep traditional khas tropikal Bali dengan fasilitas modern serta nyaman, sehingga memberikan kesan interior yang ekslusive dan mewah.

    Baik The Royal Pita Maha maupun Taman Dedari berhasil menyatukan alam dan lingkungan dalam operasionalnya. Kedua tempat ini tidak hanya menawarkan keindahan alam yang memukau, tetapi juga menjaga kelestarian lingkungan dan budaya Bali dengan menerapkan prinsip-prinsip keberlanjutan dalam setiap aspek, mulai dari konstruksi bangunan hingga pengelolaan sampah dan penghijauan.

    The Royal Pita Maha memiliki 3 kategori kamar dengan 24 unit villa, yang terdiri dari 15 Bedroom Pool Villa, 8 unit Pool Garden Villa dan 1 unit Healing Spa Villa. Setiap bangunan villanya dilengkapi dengan kolam renang pribadi, sebagai sebuah privasi eksklusif yang dapat dinikmati oleh para tamu yang menginap.

    Kesegaran suasana alam, sungai serta sawah yang menyatu secara harmonis dan alami dengan keanggunan kamar di The Royal Pita Maha benar-benar mencerminkan keromantisan dan ketenangan, sehingga cocok untuk para wisatawan yang ingin menikmati ketenangan di resor hotel berbintang yang mewah. Perpaduan pelayanan berkualitas yang bertaraf international, serta lokasi yang tenang dan menyatu dengan alam yang indah dapat menjadikan hotel ini sebagai pilihan tempat beristirahat yang nyaman bagi acara bulan madu atau liburan di Bali.

    Baca Juga:  Grand Seminyak – Lifestyle Boutique Bali Resort Dianugerahi Resor Tepi Pantai Mewah Terbaik di Bali, Indonesia

    Kunjungan para mahasiswa Magister Manajemen FEB Unud di kedua tempat ini, pada Sabtu, 28 September 2024 pukul 09.00 WITA diterima oleh Dewa Made Arimbawa, selaku Resort Manager The Royal Pita Maha bersama jajaranya untuk memberikan wawasan yang berharga tentang bagaimana merasakan dan melihat langsung penerapan konsep Tri Hita Karana secara seimbang dengan plus aura taksu Bali yang diterapkan dalam pengelolaan pariwisata.

    Mahasiswa bisa belajar banyak hal tentang keberhasilan dalam industri pariwisata tidak hanya diukur dari keuntungan finansial, tetapi juga dapat menggali bagaimana mereka menjaga harmoni dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam (Konsep Tri Hita Karana).

    Dengan demikian, kunjungan ini tidak hanya memperkaya pengetahuan akademis mahasiswa tetapi juga menginspirasi mereka untuk menerapkan nilai-nilai luhur Bali dalam kehidupan dan karier di masa depan. Tri Hita Karana ini, adalah filosofi hidup masyarakat Bali yang mengajarkan tentang tiga penyebab kebahagiaan atau hubungan harmonis antara manusia dengan Tuhan (Parhyangan), manusia dengan sesama manusia (Pawongan), dan manusia dengan alam (Palemahan).

    “Pita Maha Resort Groups menerapkan konsep ini dalam berbagai aspek operasionalnya,” ungkap Corporate General Manager Pita Maha Resort Groups, Pande Sutawan, S.Tr.Par, M.M., CHA.

    Untuk penerapan konsep Tri Hita Karana ini, dari sisi Parhyangan, The Royal Pita Maha memiliki pura kecil di dalam area resor yang digunakan untuk upacara keagamaan dan persembahyangan. Para tamu juga diajak untuk berpartisipasi dalam kegiatan spiritual, seperti yoga dan meditasi yang menghubungkan mereka dengan energi spiritual Bali. Sementara dari segi Pawongan, resor ini mempekerjakan masyarakat lokal dan melibatkan mereka dalam berbagai kegiatan budaya, seperti melukis khas Bali, tari-tarian dan upacara adat.

    Baca Juga:  BWS Bali Penida Ukur Ketinggian-Pasang Patok di Tebing Pura Batu Bolong yang Retak

    Hal ini tidak hanya memberikan lapangan pekerjaan, tetapi juga menjaga kelestarian budaya Bali. Dan terakhir dari Palemahan, Pita Maha Resort Groups sangat memperhatikan kelestarian lingkungan. Mereka menggunakan bahan-bahan alami dalam konstruksi bangunan dan meminimalkan penggunaan plastik. Selain itu, resor ini memiliki program penghijauan dan pengelolaan sampah yang ketat untuk menjaga kebersihan dan keindahan alam sekitar.

    Selain itu, para pengunjung secara tidak sadar juga dapat dirasakan suatu energi spiritual yang memikat yang biasa disebut taksu Bali, adalah konsep yang menggambarkan energi spiritual atau aura yang memancar dari suatu tempat atau individu. The Royal Pita Maha dan Taman Dedari sendiri dapat dirasakan taksu ini, melalui suasana yang tenang dan harmonis, serta pelayanan yang ramah dan penuh perhatian dari staf dan pekerja di Pita Maha Resort Groups. Para pengujung terutama sebagai tamu seringkali merasakan kedamaian dan ketenangan yang mendalam selama menginap di The Royal Pita Maha yang merupakan manifestasi dari taksu Bali.

    Aktivitas, seperti berjalan-jalan di taman bunga, menikmati pemandangan sungai, dan berdiri di atas lembah memberikan pengalaman spiritual yang mendalam, serta bisa menyatu dengan alam dan lingkungan. Bahkan, Taman Dedari juga memancarkan taksu Bali melalui keindahan alam dan suasana yang damai. Pengunjung seringkali merasakan energi positif dan kedamaian saat berada di taman ini. (tim/*KB).

    Back to top button