GIANYAR, Kilasbali.com – Badan Penanganan dan Bencana Daerah (BPBD) Gianyar terus berinovasi agar masyarakat di Kabupaten Gianyar, terhindar dari dampak bencana.
Sebab, Gianyar selama ini menjadi salah satu kabupaten berpotensi bencana, seperti tanah longsor, gempa, dan sebagainya. Dalam mengantisipasi korban jiwa, BPBD Gianyar pun telah merancang program Smart Society Kabupaten Gianyar: Siaga Bencana Gianyar (Sincan).
Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Gianyar, I Gusti Ngurah Dibya Presasta, mengungkapkan, Sincan sebuah program yang dirancang untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan respons masyarakat Gianyar terhadap berbagai jenis bencana, seperti gempa bumi, banjir, dan letusan gunung berapi.
Inovasi ini melibatkan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi untuk memberikan peringatan dini, edukasi masyarakat, serta koordinasi penanganan bencana yang lebih efektif.
“Daya tarik utama dari inovasi ini adalah pendekatan terpadu yang menggabungkan teknologi modern dengan kearifan lokal,” ungkapnya Kamis (30/1).
Disebutkan, melalui aplikasi mobile, SMS blast, dan media sosial, masyarakat dapat menerima informasi terkini mengenai potensi bencana, jalur evakuasi, dan pusat pengungsian.
Selain itu, program ini melibatkan partisipasi aktif masyarakat dalam simulasi dan pelatihan bencana, sehingga meningkatkan kesadaran dan kesiapan komunitas lokal.
“Manfaatnya banyak. Mulai peningkatan keselamatan dan ketahanan masyarakat terhadap bencana, pengurangan kerugian material dan korban jiwa, serta penguatan kapasitas pemerintah daerah dalam manajemen bencana,” ujarnya.
Tambahnya, program ini tidak hanya mengandalkan sistem peringatan otomatis, tetapi juga memperkuat jejaring sosial di tingkat desa melalui pembentukan kelompok-kelompok siaga bencana yang terdiri dari warga setempat.
Sehingga membuka peluang kemitraan dengan berbagai pihak, seperti Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), organisasi non-pemerintah (NGO) yang bergerak di bidang kebencanaan, serta perusahaan teknologi untuk pengembangan dan pemeliharaan sistem peringatan dini.
Keberlangsungan program ini dapat dijaga melalui integrasi dalam kebijakan pembangunan daerah, alokasi anggaran yang konsisten, serta peningkatan kapasitas lokal melalui pelatihan dan pengembangan infrastruktur yang mendukung kesiapsiagaan bencana. Selain itu, adanya komitmen dari berbagai pihak untuk terus mendukung program ini sangat penting.
“Program ini membutuhkan sumber daya berupa teknologi informasi dan komunikasi (ICT), tenaga ahli di bidang kebencanaan, anggaran untuk kegiatan pelatihan dan simulasi, serta dukungan logistik untuk pengadaan dan pemeliharaan peralatan yang diperlukan dalam situasi darurat,” bebernya.
Untuk menjamin keberlanjutan, kata Dibya, program ini perlu didukung oleh regulasi yang mendukung, sinergi antara pemerintah daerah dan nasional, serta edukasi berkelanjutan kepada masyarakat mengenai pentingnya kesiapsiagaan bencana.
“Dengan terus melibatkan masyarakat dan memperkuat kapasitas lokal, program ini dapat menjadi model kesiapsiagaan bencana yang tangguh dan berkelanjutan,” tandasnya. (ina/kb)