DenpasarOpini

‘Banting Stir’, Jurus Bertahan Hidup Saat Pandemi

    DENPASAR, Kilasbali.com – Bali sangat bertumpu pada sektor pariwisata. Sebelum Covid-19 sektor pariwisata menyumbang sampai 53 persen terhadap perekonomian Bali. Pengaruh pandemi Covid-19 saat ini di pulau Dewata jauh lebih signifikan dibandingkan bom Bali dan meletusnya Gunung Agung.

    Hal ini pun membuat pekerja sektor pariwisata, seperti sopir travel ataupun driver freelence harus ‘banting stir’ guna menyambung hidup, untuk sekadar bertahan sembari menunggu wabah ini berlalu.

    Ketut Astika, contohnya. Mantan sopir travel ini memilih berjualan kopi ala ‘Coffee Shop’ dengan sepeda di pinggir Jalan Raya Puputan Denpasar.

    Pria yang akrab disapa Ketut Mayong ini menuturkan, bermodal Rp 8 juta, ia memulai usahanya sejak 1 Oktober 2020 dengan brand Made Coffee. Nama Made ia digunakan pada brand-nya merujuk pada nama anaknya.

    Mayong mengaku sudah belajar meracik kopi sejak masih bekerja sebagai sopir travel. Akibat pandemi Covid-19, dirinya pun tak bekerja lagi sejak pertengahan Maret 2020.

    “Saya belajar meracik kopi dari internet.
    Untuk berjualan kopi menggunakan sepeda ini, dirinya mengaku terinspirasi dari luar negeri seperti Belanda, Jerman, maupun Denmark,” sebutnya.

    Dalam sehari, dirinya mampu menjual hingga 25 cup kopi yang kebanyakan dibeli oleh sopir travel dan warga yang kebetulan lewat dan ingin menikmati kopi. Harganya pun sangat terjangkau, mulai dari Rp 8 ribu hingga Rp 12 ribu tergantung jenis kopinya.

    Baca Juga:  Desa Megati Bersiap Diri Menjadi Kampung Alpukat

    Dirinya pun mengaku buka setiap hari mulai pukul 08.00 WITA hingga pukul 18.00 WITA.

    “Saya berharap jika situasi pulih kembali, bisa difasilitasi oleh pemerintah untuk tempat berjualan. Karena belajar dari situasi ini, kedepan Bali tidak bisa hanya tergantung dari sektor pariwisata saja,” pungkasnya.

    Selain Ketut Mayong, seorang driver freelence Nyoman Sujana juga banting stir jualan lele rica-rica lewat online.

    Driver freelence asal Jembrana ini mengaku pendapatannya mulai menurun memasuki awal bulan Pebruari 2020. Dalam sebulan dirinya hanya mendapatkan dua kali orderan tour.

    “Terakhir jemput tamu Tiongkok tanggal 5 dan tamu Belanda tanggal 15 Pebruari saja. Setelah itu semuanya cancel,” ungkap pria yang biasa dipanggil Hendrik.

    Guna memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, Hendrik terpaksa banting stir dengan berjualan olahan kuliner seperti lele rica-rica, lele bumbu, tum, dan pesan lele secara online. Lele rica-rica dijual Rp. 60.000 per kemasan sedangkan lele bumbu dijual Rp. 30.000/ kilogramnya.

    Untuk bahan bakunya diambil dari kolam peternak lele di wilayah Cica Desa Buduk Kabupaten Badung.

    Hendrik berharap pandemi corona ini cepat berlalu sehingga situasi bisa normal kembali. Dirinya juga berharap adanya perhatian dari pemerintah terhadap pekerja pariwisata frelence, karena selama ini dirinya hanya mendapat bantuan dari sebuah koperasi yang bersifat pribadi.

    Sementara itu Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati (Cok Ace) ditemui Kamis (19/11/2020) mengatakan Bali terus berupaya untuk menanggulangi pandemi ini dengan dukungan berbagai pihak, Pemerintah, industri pariwisata termasuk masyarakat

    Baca Juga:  Lewat Kolaborasi Lokal dan Internasional Perdana, Syrco BASÈ Gelar 'Collection I'

    Namun, pemulihan ekonomi mulai tampak sejak libur panjang akhir Oktober lalu. Tingkat hunian kamar hotel mulai menunjukkan peningkatan sekitar 25-30 persen, didominasi oleh wisatawan domestik atau lokal.

    Dari data statistik kunjungan wisatawan, sejak dibukanya pariwisata Bali untuk pasar domestik tanggal 31 Juli 2020, kunjungan wisatawan domestik ke Bali dari bulan September dan Oktober mengalami peningkatan sebanyak 37,30 persen.

    Pertumbuhan ekonomi Bali juga apabila dibandingkan antara Q2 (triwulan kedua) dengan Q3 (triwulan ketiga) menunjukkan pertumbuhan sebanyak 1,66 persen. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya PDRB triwulan III sebesar 55,37 trilyun dibandingkan dengan triwulan II yang hanya sebesar Rp 54,33 trilyun.

    Data menunjukkan bahwa 53 persen ekonomi Bali ditopang oleh sektor pariwisata, satu jutaan tenaga kerja diserap dari sektor pariwisata. Untuk membangun lapangan kerja di Bali, Pemerintah Provinsi Bali mau tidak mau harus membangkitkan kembali pariwisata Bali.

    Cok Ace menambahkan hal-hal yang telah dilakukan Pemerintah Provinsi Bali diantaranya penanganan Covid-19 dilaksanakan dengan semakin baik, mengingat sampai saat ini belum ditemukan vaksin dan obat untuk menyembuhkan orang yang terjangkit Covid-19 dengan fokus kepada pengendalian timbulnya kasus baru, peningkatan kesembuhan dan pengendalikan angka kematian.

    Melakukan aktivitas dan berbagai upaya dalam rangka pemulihan perekonomian demi keberlangsungan kehidupan masyarakat. Gubernur Bali bersama Bupati/Walikota se-Bali telah bersepakat untuk melaksanakan aktivitas masyarakat yang produktif dan aman Covid-19 secara bertahap, selektif, dan terbatas dengan melaksanakan Protokol Tatanan Kehidupan Era Baru.

    Baca Juga:  Pemkab Tabanan Gandeng Bulog, Siapkan 32 Ton untuk Operasi Pasar

    Membuka pariwisata bagi wisatawan Nusantara, melaksanakan program We Love Bali dengan menggerakkan wisatawan lokal. Hal ini dilakukan serangkaian mempersiapkan pariwisata Bali untuk menerima kunjungan wisatawan, dengan melaksanakan verifikasi fasilitas dan daya tarik wisata.

    Selain itu, program hot deal/paket diskon yang dilakukan oleh pihak maskapai penerbangan seperti paket tiket pesawat dengan hotel, tiket pesawat dengan aktivitas minat wisata khusus, atau paket dengan harga yang cukup terjangkau, tentu akan membuat wisatawan domestik semakin banyak berlibur ke Bali.

    Program staycation juga sangat diminati oleh masyarakat, menginap dan berlibur di tempat-tempat yang tidak terlalu jauh (di Bali saja) selama tidak lebih dari 5 hari.

    “Pemerintah Provinsi Bali telah meluncurkan protokol kesehatan dan melakukan verifikasi protokol kesehatan CHSE (Cleanliness, Health, Safety and Environment) dibantu oleh industri pariwisata.

    Protokol kesehatan CHSE tersebut wajib diterapkan di seluruh sektor pelayanan publik dengan menekankan pada faktor kebersihan, kesehatan, keamanan dan memperhatikan lingkungan.

    Hal ini kita lakukan dengan harapan Bali mendapatkan ‘trust’ atau rasa percaya dari wisatawan sebagai destinasi wisata yang layak untuk dikunjungi,” tandas Cok Ace.(sgt/kb)

    Back to top button

    Berita ini dilindungi