JembranaSosial

Derita Keluarga Kurang Mampu di Jembrana

    NEGARA, Kilasbali.com – Kisah derita salah seorang warga asal Dusun Pangkung Telepus, Munduk Anggrek Kangin, Desa Yehembang Kauh, Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembrana I Nyoman Ardiana (44) bagaikan film sinetron.

    Setelah ditinggal pergi untuk selama-lamanya dua bulan lalu oleh sang isteri yang baru dinikahinya delapan bulan sebelumnya, kini Ardiana dalam kondisi sakit parah dan hanya bisa terbaring lemah di tempat tidurnya.

    Duda dua anak ini didiagnosis mengalami sakit ganguan fungsi hati yang diderita sejak dua bulan lalu. Kondisi tubuhnya pun kini tampak menghitam dan kakinya mengalami bengkak.

    “Kalau dengan istri pertama kami berpisah,” kata Ardiana saat ditemui di pondoknya, Kamis (4/7/2019).

    Ardiana yang berprofesi sebagai buruh serabutan ini pun ekonominya melemah. Bahkan kondisi ini diperparah dengan putri sulungnya Putu Riska Sumerta yang sakit jantung bocor, dan harus rutin menjalani pengobatan ke RSUP Sanglah Denpasar setiap 10 hari sekali.

    Baca Juga:  Asus Perkenalkan Perangkat Komputasi Terbaru di Bali

    “Karena saya sekarang sakit, anak pertama saya titipkan di rumah kakak saya. Kini kakak saya yang ngurus anak kami yang jantung bocor dan juga kami semua. Dia yang juga wara wiri ke sini mengantar makanan,” tuturnya.

    Sedangkan anak keduanya Kadek Agus Wiyasa kini duduk di kelas IX SMP. Namun dengan kondisi yang sulit, putranya ini tetap bertekad untuk bersekolah. Bahkan untuk bisa tetap ke sekolah, Agus Wiyasa mengenakan sepatu yang sudah robek.

    Baca Juga:  Kanwil DJP Bali Kumpulkan Penerimaan Pajak Sebesar Rp2,24 Triliun

    “Syukur ada relawan kemanusiaan yang datang dan membantu kami dan membelikan anak saya sepatu dan tas,” ucapnya.

    Selain menanggung kedua anaknya, Nyoman Ardiana juga harus memperhatikan ayahnya Ketut Metra (90) yang kini sudah renta dan mengalami gangguan pedengaran serta kakaknya Kayan Ardika mengalami keterbelakangan mental.

    Ia yang menjadi tulang punggung keluraga kini hidup hanya dari bantuan yang diterima sebagai keluarga kurang mampu.

    “Ya beginilah hidup kami.  Kini hanya mengandalkan bantuan. Kalau bantuan PKH kami sudah dapat. Tapi yang kami tanggung juga banyak.  Bersyukur ada kakak perempuan saya yang mengurus semuanya dan merawat kami semua,” katanya.

    Kini ia mengaku hanya bisa pasrah dengan keadaan keluarganya yang mengalami musibah dan sakit secara beruntun. “Kami sudah tidak mampu bekerja. Hanya mengandalkan belas kasihan. Entah apa yang harus kami lakukan,” ujarnya.

    Baca Juga:  Tradisi Melasti Se-Desa Adat Blahbatuh

    Namun Ardiana mengaku sangat bersyukur. Di tengah cobaan yang dihadapi keluarganya masih ada yang peduli mengulurkan tangan memperhatikan keluarganya.

    Semenatara itu Pj. Perbekel Yehembang Kauh,  I Made Sumerta mengaku bahwa keluarga Nyoman Ardiana telah masuk dalam penerima PKH (Program Keluarga Harapan) serta penerima BPNT (Bantuan Pangan Non Tunai).

    Pihaknya dan perangkat desa terus melakukan pemantauan terhadap kondisi warganya itu. “Tiga hari lalu, saya dan pak Sekdes dan Petugas PKH juga turun ke sana,” tandasnya. (gus/kb)

    Back to top button

    Berita ini dilindungi