DENPASAR, Kilasbali.com – Malam itu (6/7/2019) di Kalangan Ayodya, ada nostalgia. Dua pelawak dengan penampilan wajah yang merah dan juga kerutan-kerutan wajah yang sengaja dibuat, masyarakat tahu mereka Petruk dan Dolar. Begitulah Sekaa Drama Gong Jala Pramana mencoba menghidupkan tokoh kesenian dari Bangli.
Nama Petruk (I Nyoman Subrata) dan Dolar (I Wayan Tarma) begitu melegenda. Dua tokoh kesenian drama gong di Bali itu biasanya memerankan abdi raja yang gemar melontarkan bebanyolan. Mereka kian melambung bersamaan dengan puncak kejayaan drama gong pada tahun 1980-1990an.
Sungguhlah duo banyol itu memberi banyak inspirasi untuk seniman di Bali, tak terkecuali para penerus generasi drama gong di Bangli. “Petruk dan Dolar adalah dua tokoh khas Bangli, sehingga mereka pula yang menjadikan Bangli begitu khas, itulah yang kami tampilkan hari ini,” tutur I Nyoman Sukarja selaku koordinator Sekaa Drama Gong Jala Pramana.
Hari ini sekaanya tampil dalam parade drama gong perwakilan Desa Jelekungkang, Kecamatan Bangli sebagai duta Kabupaten Bangli.
Duta Kabupaten Bangli ini membawakan garapan yang berjudul “Ubes-Ubes Kencana” yang berlatar Kerajaan Linggar Petak. Lakon ini mengisahkan tentang perjalanan Ki Jayengrana yang mencari Diah Nariratih sebagai utusan dari Raden Wisnu Semara Putra.
Raden Wisnu yang amat rindu dengan Diah ternyata harus bersaing dengan raja yang juga ingin memperistri Diah Nariratih. Di tengah-tengah pertunjukkan pun muncul dua tokoh pamungkas yang selalu melontarkan lawakan, yakni Petruk dan Dolar khas ala Sekaa Drama Gong Jala Pramana. Penonton pun antusias dan memadati Kalangan Ayodya.
“Untuk persiapan, dari konsep sudah tiga bulan, sedangkan latihannya itu sekitar satu bulan,” ungkap Sukarja seraya menghapus makeup di wajahnya saat ditemui seusai pementasan di kalangan Ayodya, Taman Budaya. (kb)