Denpasar

Gambuh Anyar, Rekontruksi Gambuh

    DENPASAR, Kilasbali.com – Penampilan Gambuh kali ini sebenarnya rekonstruksi dari penampilan 10 tahun yang lalu. Hal tersebut dikatakan seorang penari Drama Tari Gambuh Anyar, I Kadek Agus Sujira Putra (20) saat ditemui disela-sela pementasan di Kalangan Ratna Kanda, Taman Budaya, Denpasar, Kamis siang (4/7/2019).

    Pementasan Drama Tari Gambuh Anyar ini menampilkan lakon Gugurnya Prabu Lasem. Lakon ini diringi dengan gamelan Semara Dhana yang memakai laras pelog tujuh nada. Adalah I Wayan Berata dari Denpasar yang pertama kali membuat gamelan ini. Lakon Gugurnya Prabu Lasem ini menceritakan tentang kisah cinta segitiga antara Raden Wiranantaya (Raden Panji) Dyah Rangkesari Prabu Lasem. Lakon ini diakhiri dengan gugurnya Prabu Lasem dalam perang dahsyat di tangan Raden Wiranantaya (Raden Panji) yang tak lain adalah tunangan Dyah Rangkesari.

    Baca Juga:  Trans Studio Bali Hadirkan Show Spesial Lebaran hingga 21 April 2024

    Agus menceritakan bahwa butuh waktu sekitar satu bulan untuk merampungkan segala macam latihan. Baik itu latihan gamelan sebagai instrumen, latihan tari, hingga latihan gabungan. “Karena pentas ini merupakan pentas rekonstruksi, jadi kita cuma membawakan kembali cerita yang ada dengan beberapa penyempurnaan. Seperti pada instrumen yang melodinya biasa menggunakan suling, kini ditambah dengan gambelan Semarandana supaya tambah jelas,” terang Agus seraya membenarkan riasannya. Harapannya agar seni Gambuh ini tetap dilestarikan. Kalau dikembangkan kan takut hilang nanti pakem- pakemnya, ucap Agus.

    Pementasan yang dipentaskan sanggar Tedung Agung , Puri Saren Agung Ubud, Gianyar ini mendapat perhatian Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati (Cok Ace). “Yang paling menarik bagi kita bersama adalah para penari ada yang masih kecil- kecil,” ujar Cok Ace kepada awak media setelah sesi foto bersama. Cok Ace dengan setia menonton hingga akhir pementasan.

    Baca Juga:  Sendratari Kolosal ‘Ki Barualis’ Meriahkan HUT Kota Gianyar

    Tak hanya Cok Ace. Seorang turis Austria yang mengaku telah lama tinggal di Bali, Carina juga setia menonton hingga akhir. “Sejak awal mula perkenalan hingga berakhirnya pertunjukkan, ia tetap berada di tempatnya. Saya selalu datang setiap tahun dan melihat berbagai macam pementasan di sini,” kata Carina seraya menampilkan senyum ramahnya.

    Baca Juga:  Lima Jam Menghilang, Pembuat Kusen Ditemukan Meninggal di Kebun Pisang

    Menurutnya penampilan Sanggar Tedung Agung tadi sangat profesional dan menghibur. “Walaupun saya tidak mengerti setiap patah kata yang mereka ucapkan, saya dapat ikut mengerti cerita yang dibawakan. Ekspresi serta intonasi para pelakon sangat membantu untuk mengerti isi cerita yang dibawakan,” aku Carina. (kb)

    Back to top button

    Berita ini dilindungi