Denpasar

Garap Sawah Gunakan Traktor, Petani Kesulitan Tenaga Operator

    DENPASAR, Kilasbali.com – Membajak sawah secara tradisional dengan menggunakan tenaga hewan seperti sapi atau kerbau kini perlahan mulai ditinggalkan.

    Saat ini kebanyakan petani sudah menggunakan traktor dalam membajak sawah. Namun kini muncul persoalan, dimana para petani kesulitan mencari tenaga operator untuk mengoperasikan traktor.

    Pekaseh Subak Sembung Peguyangan, Denpasar Utara Made Darayasa mengatakan kendala yang dihadapi petani adalah terbatasnya tenaga yang bisa mengoperasikan traktor.

    Hal ini karena lahan di subak ini kebanyakan berbentuk terasering sehingga lebih efektif menggunakan traktor dibandingkan dengan cara membajak menggunakan tenaga sapi atau kerbau.

    Baca Juga:  ABS! Urip-GP Idola Masyarakat Tabanan?

    “Disini susah memperoleh tenaga operator untuk traktor. Karena anak muda jarang yang mau jadi petani,” ucapnya, Jumat (6/11/2020).

    Made Darayasa menambahkan, luas lahan di subak ini sebesar 103 hektar dengan 230 orang anggota subak, dan ada juga merupakan petani penggarap.

    Untuk mengendalikan hama, pihak penyuluh pertanian biasanya memberikan pandampingan. Selain itu, dari pemerintah sudah memberi subsidi pupuk dan bibit.

    Baca Juga:  Viral Istri Diselingkuhi Malah Jadi Tersangka di Medsos, Begini Penjelasan Kapendam Udayana dan Kabid Humas Polda Bali

    Dalam setahun biasanya dua kali panen yakni padi dan palawija. Namun sekarang karena ada perbaikan saluran irigasi panen jadi sedikit terhambat.

    Sementara untuk mencegah penyusutan lahan, disini juga ada awig-awig yang melarang penjualan lahan sawah.

    “Istilahnya sawah di tengah kota. Supaya sawah tetap lestari,” katanya.

    Ia juga menerangkan, di masa pandemi ini sudah mulai ada anak muda yang turun untuk berladang, meskipun baru sedikit jumlahnya.(sgt/kb)

    Back to top button

    Berita ini dilindungi