GianyarNews Update

Jarah Buah di Kebun Warga, Kera di Tukad Petanu Agresif

    GIANYAR, Kilasbali.com – Ketika alam tidak lagi seimbang, konflik antara manusia dan binatang liar pun tak terhindarkan. Demikian pula dengan ulah kera di daerah aliran sungai (DAS) Petanu, khususnya di wilayah Kemenuh Kangin, Desa Kemenuh.

    Lantaran kelaparan, kawanan kera ini mulai menjarah buah-buahan kebun warga. Kondisi ini membuat petani resah, terlebih kera setempat sangat agresif.

    Dari keterangan yang diterima, kebun warga yang disasar adalah pisang dan buah lainnya. Ironisnya, saat petani mencoba mengusir kawanan kera ini, justru kera-kera ini agresif dan mau menyerang.

    Para petani pun kini takut bepergian ke Tagalan. Dugaan petani, kawanan kera ini kelaparan karena di sepanjang DAS Petanu, kini pohon buah liat liar sudah menyempit karena banyaknya galian batu paras.

    Baca Juga:  Inflasi Tabanan Naik Jadi 3,78 Persen, Bupati Sanjaya Instruksikan Operasi Pasar Reguler

    Perbekel Kemenuh, Dewa Nyoman Neka mengakui adanya beberapa kera mulai menjarah kebun dan ada yang masuk rumah warga.

    Dikatakan Dewa Neka, kera-kera tersebut habitatnya ada di sepanjang Tukad
    Petanu, mulai dari Wihara sampai ke selatan sekitar 5 km. “Sepanjang aliran sungai itu merupakan habitat kera, yang terbanyak ada di Air Terjun Umanyar, Kemenuh Kangin,” jelasnya, Senin (15/2/2021).

    Diakuinya juga, kera-kera di sekitar kawasan air terjun tersebut beberapa menjarah kebun-kebun warga dan ada sebagian yang masuk ke rumah warga.

    “Namun kondisinya tidak seheboh yang diunggah di Medsos, kera-kera tersebut sudah sejak dulu sering mencari makan di kebun warga,” jelasnya.

    Baca Juga:  Dibayangi Kematian Mendadak! Peternak Bebek di Gianyar Was-was

    Hanya saja, kawanan kera yang masuk ke kebun warga ini jumlahnya lebih banyak dari sebelumnya.

    Dewa Neka menambahkan, salah satu penyebab kera-kera tersebut mulai menjarah kebun warga karena luas habitatnya mulai berkurang.

    Pihaknya menduga penambangan batu padas, paras di DAS Petanu menjadi salah satu fakornya. Karena habitatnya menyempit, dan kegiatan galian juga mengusik keyamanan kera ini.

    Hal lainnya yang menyebabkan kera-kera mulai menjarah kebun warga, karena kebun-kebun di atas DAS Petanu mulai diolah warga.

    “Ini imbas pariwisata, dulu, kebun miliknya dipelihara sekadar, karena bekerja di sektor pariwisata, karena sudah tidak kerja, maka serius garap kebun. Sehingga saat kebun dijarah kera, mulai kewalahan,” ungkapnya.

    Baca Juga:  Tradisi Melasti Se-Desa Adat Blahbatuh

    Persoalan tersebut kini sedang dicarikan solusi bersama BKSDA Bali dan tokoh masyarakat di Kemenuh Kangin. “Kami saat ini sedang duduk bersama dengan BKSDA, tokoh masyarakat disana, mencari solusi agar tidak ada yang dirugikan,” jelasnya.

    Mengingat sebelumnya, Kemenuh Kangin juga berkeinginan membuka potensi wisata desa, dengan memanfaatkan Air Terjun Umanyar, yang mana disana juga terdapat habitat kera. Apapun saran di BKSDA akan dituruti, namun petani di wilayah tersebut agar nyaman berkebun.

    “Yang pasti, tidak mungkin memusnahkan kera-kera itu, pastinada solusi lain, salah satunya perlahan-lahan mengembalikan kondisi habitat kera ini,” tutupnya. (ina/kb)

    Back to top button

    Berita ini dilindungi