DenpasarHiburanSeni Budaya

Joged Bumbung Betgandang Sanur Tampil di PKB

    DENPASAR, Kilasbali.com – Joged bumbung sebagai seni tradisi kerakyatan sempat tercoreng namanya. Tercoreng oleh aksi joged erotis yang sempat viral di media sosial. Walau begitu, Joged Bumbung tetap memikat. Tampilnya di Pesta Kesenian Bali (PKB) diharapkan mampu mengubah persepsi masyarakat tentang joged bumbung.

    “Persepsi masyarakat selama ini tari joged cenderung erotis. Padahal tari joged bumbung tak harus selalu tampil erotis. Hadirnya kembali Joged Bumbung Hasta Komala Br. Betngandang diharapkan dapat mengubah persepsi masyarakat (tari joged itu erotis red) Bali terhadap tari joged bumbung yang telah berkembang lebih erotis,” tutur penata tabuh, I Wayan Sumendra yang selama ini berperan banyak dalam membina generasi muda untuk mengembangkan kembali joged bumbung di Br. Betngandang, Desa Adat Intaran, Sanur Kauh, Kecamatan Denpasar Selatan, kota Denpasar.

    Baca Juga:  Inflasi Tabanan Naik Jadi 3,78 Persen, Bupati Sanjaya Instruksikan Operasi Pasar Reguler

    Sejarah joged bumbung sendiri diperkirakan sudah ada sejak tahun 1940 an. Tarian ini adalah tarian pergaulan yang diciptakan petani-petani untuk menghibur dikala istirahat setelah bekerja di lumbung.

    Gambelan joged bumbung berupa sebuah barungan gambelan yang biasa disebut dengan gambelan Gerantangan. Disebut gambelan Gerantangan karena pokok instrumentnya adalah Gerantangan yaitu gender yang terbuat dari bambu berbentuk bamboo dan memakai laras slendro 5 (lima) nada.

    Baca Juga:  Karya IBTK Pura Agung Besakih, Pj Gubernur Bali Sampaikan Ini

    “Kalau joged bumbung di banjar Betngandang sebenarnya sudah ada sejak tahun 1950 an,” jelas Sumendra.

    Joged bumbung Br. Betngandang sangat terkenal. Sempat pentas di luar daerah bahkan pentas di Istana Tampak Siring saat Presiden Sukarno dulu. Tetapi kemudian sempat vacuum dan baru bangkit lagi tahun 1988. Kemudian kemabli vacuum. Terakhir pada tahun 2011 kembali dibangkitkan.

    Penampilan Joged Bumbung Hasta Komala Br. Betngandang di panggung Madya Mandala, Taman Budaya, Denpasar, Jumat sore (12/7/2019) ini memikat ratusan penonton yang datang berkunjung ke Pesta Kesenian Bali ke 41.

    Baca Juga:  Ini Dia Juara PLN Journalist Awards 2023 untuk Peliputan di Bali

    Sekaa joged bumbung ini menampilkan empat penari yang mempesona, diantaranya Ni Wayan Sri Antariani dan Ari Yunita. Ari Yunita sebagai penari terkahir tampil. Saat itu pengibing terakhir, Mangku Jagra sempat membuat joged bumbung ini agak berbeda.

    Selain menari ia sempat melantunkan lafal mirip dialog arja. Tak heran joged bumbung ini menjadi ada rasa sepenggal dialog arja.

    Beberapa nasehat menyerupakai nasehat di seni arja terlontar. Yang pasti joged bumbung ini diharapkan tetap memiliki nilai-nilai budaya tinggi yang berfungsi sebagai hiburan bagi masyarakat local maupun wisatawan, tutur Sumendra. (kb)

    Back to top button

    Berita ini dilindungi